Lihat ke Halaman Asli

Bentang Jalan yang (Sering) Dilupakan

Diperbarui: 28 April 2016   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Median jalan, area pedestrian tepi jalan, bundaran (boulevard) merupakan ruang-ruang yang selalu kita temukan di sepanjang ruas jalan. Namun walaupun setiap harinya kita melihat, melewati, dan bahkan menggunakannya, faktanya masih belum banyak dari ruang-ruang tersebut di atas yang berada dalam kondisi yang terawat apalagi tertata dengan baik. Padahal sesungguhnya banyak potensi yang dapat digali dari keberadaan ruang-ruang tersebut yang dapat dikategorikan sebagai bentang jalan (streetscape).

 

Saat ini, bentang jalan telah menjadi lebih dari sekedar sarana dan media transportasi belaka. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan bentang jalan telah menjadi tulang punggung suatu peradaban baik itu di daerah perkotaan, maupun di daerah pedesaan. Penduduk yang tinggal di Jakarta dan di kota-kota besar lain di Indonesia, secara rata-rata menghabiskan sepertiga atau bahkan lebih dari 24 jam sehari di perjalanan, baik itu untuk bekerja maupun melakukan kegiatan sehari-hari lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan bentang jalan dalam kehidupan kita.

Streetscape atau bentang jalan dapat diartikan sebagai suatu area atau ruang beserta elemen-elemen yang ada didalamnya, yang berada dalam suatu daerah milik jalan (right of way). Bentang jalan tidak hanya terdiri dari ruas jalan semata, namun juga area pedestrian tepi jalan, halte atau tempat pemberhentian kendaraan umum, median jalan, area peneduh, bundaran (boulevard), jalur sepeda, furnitur jalan (street furniture) seperti misalnya lampu jalan, penunjuk arah, rambu lalu lintas, tempat sampah umum, dan sebagainya. Masing-masing elemen tersebut mempunyai peranan tersendiri yang saling terkait untuk membentuk penampilan visual, identitas, karakter dan fungsi dari suatu bentang jalan.

Area pedestrian misalnya, seringkali hanya dipandang sebagai pelengkap dalam sebuah perancangan ruas jalan. Lebih buruknya lagi, area pedestrian dalam sebuah gambar perancangan ruas jalan bisa hanya berupa dua buah garis paralel yang berjarak 1,5m satu dengan yang lain, hanya itu saja dan tidak lebih. Hasilnya adalah suatu area yang sempit, beralaskan paving beton yang keras dan berdebu, tanpa ada pelindung dari sinar matahari dan polusi asap kendaraan bermotor, serta tanpa pengaman dari lalu lintas yang berbahaya. Jadi tidak perlu lagi bertanya-tanya kenapa banyak area pedestrian atau yang lebih dikenal dengan sebutan trotoar jalan yang tidak digunakan atau malah beralih fungsi menjadi tempat parkir atau tempat berjualan bagi para pedagang kaki lima.

Bukanlah alasan yang tepat bahwa berjalan kaki untuk beraktivitas bukanlah kebudayaan kita sehingga hal tersebut belum menjadi sesuatu kebiasaan di masyarakat. Ketika kendaraan bermotor belum ada, manusia dimanapun dia berada, di Eropa atau di Asia, akan melakukan aktivitas berpindahnya dengan berjalan kaki. Dan sampai saat ini, walaupun setelah kendaraan bermotor menjadi sedemikian dominan dalam proses berpindah (commuting), sebenarnya faktanya adalah berjalan kaki tetap menjadi sesuatu metode berpindah yang paling ramah lingkungan dan efisien untuk perjalanan jarak pendek. Karena untuk suatu perjalanan jarak pendek, mesin kendaraan bermotor akan dimulai dari kondisi yang dingin dan akan masih tetap berada pada kondisi yang dingin ketika mencapai tujuan. Padahal sebenarnya pembakaran yang paling banyak membutuhkan energi dan mengeluarkan emisi yang paling tinggi adalah ketika mesin kendaraan bermotor dihidupkan dalam kondisi dingin.

Jadi apa alasan sebenarnya selain dari akibat suatu kondisi kegagalan dalam perencanaan kota dan daerah yang disebut urban sprawl dimana suatu area perkotaan berkembang sedemikian pesat secara horisontal sehingga penduduknya harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk beraktivitas? Penyebab utamanya sederhana saja adalah kegagalan dalam menciptakan suatu area pejalan kaki yang nyaman, aman, dan berfungsi secara baik untuk kegiatan berjalan kaki.

Area pedestrian atau pejalan kaki yang baik akan memiliki suatu ruang untuk berjalan kaki dengan jarak bersih minimal 2 meter sehingga nyaman untuk dua orang pejalan kaki berjalan bersama dan atau berpapasan dengan pejalan kaki yang lain. Dan tidak hanya cukup dengan ruang untuk berjalan kaki saja, akan tetapi perlu diperhatikan bagaimana agar kegiatan berjalan kaki bisa menjadi kegiatan yang nyaman dan menyenangkan.

Dimulai dari material penutup permukaan yang harus diperhatikan dengan memilih bahan yang tidak terlalu halus sehingga dapat menyebabkan tergelincir dan juga tidak terlalu kasar sehingga dapat menyebabkan tersandung. Material lokal yang mudah dirawat dan tahan terhadap faktor alam akan menjadi pilihan yang tepat.

Selanjutnya berkaitan juga dengan faktor alam, pengaruh sinar matahari dan curah hujan yang sangat kuat di daerah tropis menjadi suatu faktor yang seringkali menyebabkan ketidaknyamanan dalam berjalan kaki, ditambah dengan faktor polusi udara dari asap pembuangan kendaraan bermotor. Tidak ada yang lebih tepat untuk menjadi solusi dari permasalahan ini selain dengan menghadirkan elemen area peneduh di area pejalan kaki ini. Area peneduh ini terdiri dari deretan pohon peneduh yang melindungi dari terik matahari dan hujan, serta dilengkapi dengan area taman yang dapat menjadi penyaring asap polusi dari kendaraan bermotor. Area taman ini juga dapat berfungsi sebagai pembatas sekaligus pelindung bagi para pejalan kaki dari arus lalu lintas yang berbahaya.

Dan lebih dari itu area taman ini juga dapat menambah kenyamanan bagi para pejalan kaki, apalagi apabila dilengkapi dengan street furniture seperti tempat duduk, lampu taman, tempat sampah, dan sebagainya. Sehingga idealnya, area pedestrian ini selain dapat berfungsi sebagai area pejalan kaki secara optimal, akan berfungsi juga sebagai ruang terbuka publik yang nyaman, ramai, dan hijau yang secara otomatis akan memiliki potensi kegiatan sosial, ekonomi dan pariwisata yang tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline