Lihat ke Halaman Asli

Fridrik Makanlehi

Alumini, STTA, UGM, UT

Anies Baswedan Pecinta Toleransi

Diperbarui: 22 Januari 2023   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fridrik Makanlehi

OPINI ditulis oleh  Fridrik Makanlehi, ST,M.,Sc

(Tokoh Muda NTT dan Mahasiswa S1 Ilmu Hukum UT)

Belakangan ini muncul beragam narasi, pro dan kontra yang diungkapkan orang atau kelompok tertentu melalui jagat media dalam jaringan (daring/media masa), cetak maupun secara langsung di Indonesia, yang berisikan generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan umum ditandai dengan adanya gangguan perasaaan kekhawatiran, takut yang berlebihan terkait muncul lagi ‘Politik Identitas’ (identity politics), khususnya pada saat menjelang Pemilu 2024. 

Meski masih samar terdengar di khalayak umum, belum terdengar secara menyeluruh ke proletar atau akar rumput (grass roots) dan meski masih ter-bicarakan di kalangan atau orang-orang yang ibaratnya kategorikan sebagai kaum ‘elitis’ atau melek media sosial terhadap kepentingan politik. Kecemasan dan kekhatiran terus dan terus terkungkung dalam benak seseorang. 

Bagi sebagian orang, politik identitas akan merusak demorasi pemilu Indonesia, merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, merusak toleransi antar beragama dan menciderai hubungan persaudaraan antar sesama anak bangsa. 

Tak hanya itu, juga dapat menyebabkan kaum minoritas merasa akan kehilangan hak pilih atau hak untuk dipilih yang sama dengan kaum mayoritas dalam pemerintahan negara, khususnya dalam hal mengikuti pemilu maupun pemilihan apa saja.

Apa itu Politik?

Istilah atau kata ‘Politik’ pertama kali diperkenalkan dan digunakan oleh Filsuf Yunani Kuno ternama Aristoteles, dengan penyebutan nama saat itu yaitu "Zoon Politikon". Turunan dari politik adalah ‘polites’ merupakan warga negara, ‘politeia’ berarti hal-hal yang berhubungan dengan negara, ‘politika adalah pemerintahan negara’, "politikos adalah kewarganegaraan". Politik menurut teori klasik dari Aristoteles adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama; dalam artian ‘berurusan dengan negara atau pemerintahan dalam mewujudkan kebaikan bersama’. 

Wikipedia.org menjelaskan, Zoon Politicon merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh Aristoteles untuk menyebut makhluk sosial. Kata Zoon Politicon merupakan padanan kata dari kata Zoon yang berarti "hewan" dan kata politicon yang berarti "bermasyarakat". Secara harfiah Zoon Politicon berarti hewan yang bermasyarakat.

Brainly.co.id, manusia disebut sebagai zoon politicon atau mahluk sosial karena dalam kehidupannya manusia senantiasa membutuhkan manusia lainnya, agar tetap bisa melangsungkan hidup. Manusia-manusia ini memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan satu sama lain dalam segala bidang, sehingga membentuk suatu sistem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline