Berbicara tentang film memang tak pernah ada habisnya. Mulai dari genre action sampai genre horror, karya anak bangsa atau luar negeri, tahun 2000-an atau tahun 90-an, baik itu di bioskop ataupun melalui kaset dvd. Semua seakan memiliki panggungnya sendiri-sendiri. Begitu juga dengan film genre drama. Film ini relatif disukai oleh semua kalangan, baik itu anak muda, remaja, dewasa, bahkan tak jarang ditemukan lansia yang masih menikmati tontonan drama kesayangannya. Pada kesempatan kali ini, kita akan sama-sama membahas mengenai film Maju Kena Mundur Kena (1983) dan film Ngeri-Ngeri Sedap (2022) yang notabene bergenre drama, khususnya drama komedi. Namun sebelum itu, perlu kita ketahui terlebih dahulu sebetulnya apa yang dimaksud dengan genre? Apakah dalam film hanya ada genre? Atau ada hal-hal lain yang melatarbelakangi sebuah film?
Kita mulai dulu dari pengertian apa itu genre. Genre berasal dari bahasa Perancis dan Latin. Yang artinya jenis khusus dari karya seni, contohnya novel atau puisi. Jenis-jenis genre ada aksi/laga, horor, dan drama (Astuti, 2022, h. 28). Genre dari film Maju Kena Mundur Kena dan Ngeri-Ngeri Sedap itu sama-sama ada di genre drama. Karena kedua film ini selaras dengan ciri-ciri film genre drama. Yakni memiliki plot yang kuat, karakter latar waktu dan tempatnya sangat realistis, emosi dan hubungan antar karakter sangat intens, dan mengusik emosi penonton (bisa sedih, marah, atau gembira).
Namun dalam film tidak hanya terdapat genre saja. Ada juga paradigma dan subgenre yang melatarbelakangi film tersebut. Subgenre adalah bagian kecil/bisa disebut sebagai anak dari genre. Jenis-jenis subgenre ada petualangan (biasanya bagian dari genre film laga/aksi), noir (biasanya berhubungan dengan genre film horor), dan komedi (paling dekat dengan genre film drama) (Astuti, 2022, h. 29).
Subgenre dari film Maju Kena Mundur Kena dan film Ngeri-Ngeri Sedap yaitu film komedi (atau sering juga disebut drama komedi). Karena kedua film ini selain menyajikan alur cerita yang kuat, namun kedua film ini juga sama-sama bisa membuat para penontonnya tertawa. Khusus di film Ngeri-Ngeri Sedap, kompleksitasnya cukup mempersulit untuk dapat film ini disebut sebagai film drama komedi. Karena di beberapa adegan terdapat cerita yang juga "memaksa" para penontonnya untuk sedih.
Selain subgenre, terdapat juga paradigma. Pengertian paradigma secara umum bisa diartikan sebagai cara berpikir/perspektif berpikir. Lalu paradigma dalam film itu seperti apa? Sebetulnya tidak terlalu berbeda dengan pengertian paradigma secara umum, hanya saja dalam film biasanya memakai konsep yang lebih spesifik pada narasi film yang diproduksi. Ada tiga hal yang bisa dilihat dari fungsi paradigma dalam film, yakni untuk melihat pesan yang disampaikan film tersebut, untuk mengetahui aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterpretasikan film, dan untuk merumuskan fokus analisis dari sebuah film (Astuti, 2022, h. 20).
Paradigma dalam film itu ada empat. Pertama paradigma fungsionalisme, empirisme, dan fenomenologi, dan kritisisme. Dalam film Maju Kena Mundur Kena, paradigma yang digunakan lebih ke paradigma fenomenologi. Karena substansi filmnya menceritakan tentang pengalaman hidup manusia pada umumnya saja, hanya memang dikemas secara komedi. Namun pada film Ngeri-Ngeri Sedap, menurut saya paradigma yang lebih cocok adalah paradigma kritis, walaupun memang terdapat juga unsur fenomenologisnya.
Ini dikarenakan dalam film Ngeri-Ngeri Sedap, penonton berusaha disadarkan bahwa konsep keluarga itu tidak selalu seindah yang diberitakan selama ini. Bahwa dalam kehidupan berkeluarga itu penuh dengan tawa, kerukunan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kebahagiaan. Film ini berusaha mengingatkan para penonton bahwa sebetulnya dalam konsep berkeluarga itu seringkali terdapat masalah-masalah yang kadang-kadang membuat hidup menjadi sangat sulit untuk dijalani. Atau bahasa lainnya film ini berusaha membongkar hegemoni tentang kerukunan keluarga yang beredar selama ini di masyarakat.
Daftar Pustaka
Astuti, R.A. (2022). Buku Ajar Filmologi Kajian Film (1st ed.). Yogyakarta, Indonesia: UNY PRESS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H