Lihat ke Halaman Asli

Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme dan Tokoh Filsafatnya

Diperbarui: 27 Mei 2020   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme 

Filsafat pendidikan rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tatanan susunan lama dengan membangun tatanan hidup kebudayaan yang bercorak modern atau baru, serta berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatau tatanan dan seluruh lingkungannya. 

Aliran Rekonstruksionisme ini dalam prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme. Kemunculan filsafat rekonstruksionisme ini berawal dari kondisi masyarakat yang semakin meninggalkan sebuah tatanan dunia dalam bersikap. Meskipun filsafat rekonstruksionisme ini sepaham dengan aliran filsafat perenialisme, namun kedua prinsip yang dimiliki aliran ini cukup berbeda. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan masalah yang ditempuh.

Dalam tujuan pendidikan, aliran filsafat rekonstruksionisme yaitu sebagai cara untuk membebaskan dan mengelola pikiran dalam mengekspresikan dari peradaban yang dilayaninya. 

B. Tokoh Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

1. George Counts

George Counts memunculkan gagasan yang bermaksud ingin membangun masyarakat baru, yang dipandang pantas dan adil. Beliau memiliki sebuah pernyataan yang jelas tentang perlunya keterlibatan pendidikan dalam menyelesaikan masalah sosial. Menurutnya pendidikan harus menjadi agen perubahan bagi rekonstruksi sosial. Dalam konsep pendidikan aliran rekonstruksionisme, pendidikan diperlukan untuk mengungkapkan konsepsi peradaban dan perumusan filsafat pendidikan yang dapat mempersiapkan para pendidik untuk mengatasi krisis sosial dan ketertinggalan budaya dengan merekonstruksi gagasan, keyakinan, dan nilai-nilai dalam kondisi yang berubah. Oleh karena itu guru memegang posisi sebagai ujung tombak pengambilan langkah pertama dalam transformasi sekolah. 

2. Caroline Part

Caroline Part menyatakan bahwa gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif memikirkan dan melibatkan diri dengan  masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Beliau mengungkapkan bahwa seorang konsepsional yang berpengaruh pada periode ini bahwa nilai terbesar dari suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berpikir secara konstruktif. Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam filsafat rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan dan kerjasama antar sesama manusia. Agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. 

3. Paulo Freire

Paulo Freire beranggapan bahwa pendidikan itu memiliki tujuan untuk membuka mata peserta didik supaya mereka itu dapat menyadari realita dari kecerdasannya. Supaya mereka dapat melakukan transformasi sosial. Kegiatan atau cara untuk membuka mata (pandangan) peserta didik ini disebut sebagai konsientasi yaitu pemahaman mengenai keadaan nyata yang sedang dialami oleh peserta didik. Konseientasi ini bertujuan untuk membongkar apa yang disebut freire sebagai kebudayaan diam. Yaitu suatu kondisi dimana masyarakat ini dibuat tunduk atau patuh oleh penguasa sehingga masyarakat ini tidak bisa untuk menanyakan keberadaanya. Sehingga pada akhirnya mereka cenderung untuk menerima keadaan itu secara secara fatalistis. Menurut Friere hubungan ideal antara guru dan peserta didik itu tidak  seperti banking off education, tetapi lebih ke hubungan dialogika. Jadi guru itu bukan hanya sebagai sosok tunggal yang mengajar tetapi juga sosok yang diajar dalam proses belajar mengajar. Murid atau peserta didik bukan hanya sebagai pendengar, tetapi pada saat yang sama juga bertugas sebagai penyelidik yang berpikir kritis. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline