Lihat ke Halaman Asli

Friska Indah Mauludiba

Every strike brings me closer to the next home run.

Budaya Ngaret yang Seharusnya Tidak Menjadi Kebiasaan

Diperbarui: 5 Juli 2024   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Ngaret. (Sumber: Grid.ID)

Apakah Anda sendiri sering mendengar atau mengalami fenomena "ngaret"? Budaya ngaret atau kebiasaan datang terlambat sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Indonesia. 

Tapi apakah kita benar-benar perlu menganggap remeh kebiasaan ini? Mari kita lihat lebih dalam mengapa ngaret tidak menjadi sebuah kebiasaan. 

Apa itu Ngaret? 

Pertama, mari kita definisikan apa itu "ngaret". Secara sederhana, ngaret berasal dari kata "karet" yang bersifat lentur dan dapat meregang. 

Dalam konteks ini, ngaret mengacu pada kebiasaan seseorang yang sering tidak tepat waktu atau datang terlambat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai situasi, mulai dari pertemuan bisnis, acara keluarga hingga aktivitas sehari-hari seperti sekolah dan pekerjaan. 

Mengapa Kebiasaan Ngaret Terjadi? 

Ada banyak alasan mengapa budaya ngaret begitu merajalela di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah: 

1. Norma Sosial

Di banyak tempat, terlambat dianggap wajar. Tampaknya ada pemahaman yang tidak terucapkan bahwa waktu orang lain tidak begitu penting. 

2. Kurangnya Disiplin

Banyak dari kita yang kurang disiplin dalam manajemen waktu. Terkadang kita meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan suatu tugas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline