Lihat ke Halaman Asli

Friska Indah Mauludiba

Every strike brings me closer to the next home run.

Bikin Aku Kesal, Akan Kuubah Menjadi Tulisan

Diperbarui: 7 Juni 2024   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Penulis. (Sumber: UICI)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai situasi yang bisa membuat emosi kita teruji. Salah satu emosi yang sering muncul adalah rasa kesal. 

Rasa kesal bisa timbul dari berbagai kejadian, mulai dari perlakuan orang lain yang kurang menyenangkan hingga situasi-situasi di sekitar kita yang tidak sesuai harapan. 

Namun, seberapa sering kita berhasil mengubah energi negatif dari rasa kesal tersebut menjadi sesuatu yang positif dan produktif?

Salah satu cara yang efektif adalah dengan mengubahnya menjadi tulisan. Tulisan bisa menjadi sarana yang kuat untuk mengekspresikan perasaan, merenungkan pengalaman, dan membagikan pemikiran dengan orang lain.

Contoh konkret tentang bagaimana rasa kesal bisa diubah menjadi tulisan yang bermakna adalah ketika ada seseorang yang menganggap remeh suatu pekerjaan, seperti pekerjaan yang dianggapnya "kurang bergengsi."

Daripada hanya merespons dengan kemarahan atau diam saja, lebih baik memilih untuk menulis sebuah tulisan reflektif tentang pengalaman tersebut. Sisi baiknya, ia dapat mengolah rasa kekesalannya menjadi sebuah karya tulis yang bermanfaat bagi pembacanya.

Dalam tulisan tersebut, penulis dapat mengeksplorasi dampak negatif dari stereotip dan prasangka terhadap jenis pekerjaan tertentu, serta mengajak pembaca untuk melihat nilainya dengan cara yang lebih positif dan inklusif.

Selain situasi tersebut, keterlambatan transportasi umum juga bisa menjadi sumber kesal bagi banyak orang. Sebaliknya, seseorang bisa memilih untuk menuliskan pengalamannya dalam sebuah artikel atau blog post. 

Dalam tulisannya, ia bisa menceritakan pengalaman yang dialaminya, menggali penyebab dari keterlambatan tersebut, dan memberikan saran untuk perbaikan sistem transportasi di masa depan.

Contoh lain adalah sikap negatif dari lingkungan sekitar, seperti rekan kerja, tetangga, atau teman yang selalu menyalahkan orang lain atau menimbulkan konflik. Daripada hanya merasa kesal dan frustrasi, seseorang bisa menggunakan pengalaman tersebut sebagai inspirasi untuk menulis tulisan reflektif. 

Dalam tulisannya, ia bisa mempertanyakan alasan di balik sikap negatif tersebut, mencari solusi untuk mengatasinya, dan bahkan mengajak pembaca untuk berpikir lebih kritis tentang isu tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline