REVIEW FILM MIRACLE IN CELL NO. 7
Film ini menjadi film ke-2 dari falcon pictures yang dimana mereka merimek dari film Korean Selatan karya sutradara Lee Hwan Kyung yang digarap di Indonesia oleh Hanung Bramantyo juga tidak kalah menggemparkan yang memang sempat viral pada masanya, film menceritakan tentang Dodo Rozak yang di perani oleh Vino G Bastian, dia hanya ingin menjadi ayah yang baik untuk anaknya Kartika, meskipun dia mempunya keterbelakangan mental akan tetapi Kartika bangga mempunyai ayah seperti Dodo Rozak mskipun hanya bekerja sebagai penjual balon.
Suatu saat musibah terjadi dan mereka harus terpisah, Dodo Rozak dituduh membunuh dan memperkosa seorang anak kecil Bernama Melati, sampai akhirnya dia harus masuk dalam penjara dan di tempatkan di cell no. 7 yang di penuhi narapidana brutal, didalam penjara dia jadi dekat dengan para tahanan lain dan dibantu untuk menyeledupkan Kartika anaknya kedalam cell agar bisa Bersama dia, kebahagiaan Dodo Rozak dan Kartika menular ke para tahanan lainnya, akhirnya semuanya jadi ragu, apa benar laki-laki sepenyayang Dodo Rozak benar membunuh dan memeperkosa seorang anak kecil. Pada dasarnnya film ini menceritakan tentang seseorang yang tidak salah akan tetapi dituduh membunuh dan memperkosa, dan film ini menggambarkan tentang sayangnya seorang ayah kepada anaknya yang menjadi pengacara untuk membuktikan ayahnya tidak bersalah.
Menurut saya film ini sangat bagus sekali, film yang sangat emosional dan memiliki perpaduan komedian dan drama yang membuat para penonton ketawa dan nangis pecah, walaupun film ini rimekan dri Korea Selatan akan tetapi vibesnya kerasa lokal banget membuat para penonton enjoy dan menikmati filmnya ,Hanung bramantyo berhasil memimpin agar memberikan kualitas yang terbaik dari segi Story, Directing, Acting, Chinematography, Artistik, Editing, Make up, Kostum, Sound, Music, Entertaiment.
Semuanya sangat sempurna dan sangat konsisten, seluruhnya memerankan dengan sangat baik dan menampilkan dengan secara detail, penampilan aktingnya, khususnya Indra Jegel dan Rigen Rakelna, patut diacungi jempol. Akan tetapi ada beberapa bagian seperti penggunaan lagu "I'tiraf", menurut saya tidak cocok dengan film tersebut. Dan memiliki beberapa kekurangan, seperti pewarnaan beberapa adegan dan beberapa momen yang terlalu dramatis, akan tetapi tidak terlalu mempengaruhi kualitas film secara keseluruhan. "Miracle in Cell No. 7" merupakan film yang cocok untuk di tonton oleh seluruh usia terutama mereka yang menyuka drama emosional, komedi, sedih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H