Gadis itu, duduk di depan teras rumahnya ditemani secangkir teh manis. ia merasa tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi dalam dirinya dibeberapa hari belakangan ini. merasa dirinya seperti berjalan di sebuah lorong sempit yang tidak jelas di mana arah tujuannya. matanya yang berbinar menuju ke capung-capung kecil yang berterbangan ke sana kemari untuk kembali ke sarangnya ketika senja semakin menua.
Reina, ya nama gadis itu, seorang gadis dengan rambut sebahu, bulu mata lentik ditambah lagi demgan gigi ginsul sehingga memberika aroma kecantikan yang membuat siapapun yang menatapnya akan terlena dan ingin menghuni hatinya sepanjang usia. ya mendapatkan gadis itu ibaray mendapatkan kembali seekor burung merpati yang kabur dari pemiliknya.
Yah, dia masih ingat. semalam ia di pertemukan dengan laki-laki berambut gondrong, beralis tebal, pipi tirus yang berbentuk kurva dengan gigi rapi dan puith membuat wajahnya sedap dipandang. dari gigi yang tidak terlalu maju dan terata rapi, sehingga menampilkan senyuman ditambah dengan tatapan mata yang sayu. tak lazim akan membuat para gadis terpesona dengan ketampanannya.
Reina, duduk di sebuah kursi panjang sembari bermain telepon genggam miliknya, di depannya berdiri seorang lelaki seperti sedang menunggu seseorang. Reina merasa lelaki itu dari tadi terus menatapnya, mungkin saja cara untuk menarik perhatian Reina. akan tetapi ketika Reina kembali menatapnya, lelaki tersebut mengalihkan pandanganya ke tempat lain. lima detik tak sengaja mereka saling menatao kembali, kali ini seperti menarik perasaan untuk hadirnya cinta, di saat-saat pertama retina kedua itu saling menatap, sehingga tak menyalahkan satu sama lain.
Tiba-tiba telepon genggam milik Reina berdering. Kemudian, Reina melihat ke layar teleponnya ternyata itu nomor baru. entah siapa pemilik nomor baru tersebut, tanpa berlama-lama kemudian Reina mengangkat teleponnya.
"Hallo maaf ini siapa?" tanya Reina
"Aku Dinar lelaki semalam yang duduk di depanmu. aku mendapati nomormu dari sahabatmu. Ini benarkan sama Reina?" ujar lelaki itu.
"Iya benar ini sama Reina, memangnya kenapa ya?"
"Tidak kok, nanti kamu akan tahu sendiri apa maksud saya berusaha mendapatkan nomor hp-mu. " pungkas Dinar, sembari langsung mengakhiri teleponnya.
Reina kaget karena teleponya di matikan.
"Apa sih maksudnya telepon malam-malam begini yang hanya memberi kabar untuk mengetahui namanya dan mengucapkan kata selamat malam? Apakah ini yang di namakan cinta."