Lihat ke Halaman Asli

Jeritan Tangis Anak Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak ibarat sebuah mutiara khidupan bagi suatu keluarga. Ia bagaikan lentera kehidupan yang menerangi harapan-harapan orang tua di masa depan. Anak merupakan pemanis dan penyemangat kehidupan bagi banyak keluarga. Mempunyai seorang anak merupakan ciri suatu keluarga yang harmonis.

Seorang anak umumnya memilih ibu untuk disentuh dan dipeluk, yang merupakan kebutuhan utama bagi seorang anak. Akan tumbuh cinta dihati dan membangun rasa percaya diri di dalam diri dan juga terhadap orang lain, yang paling utama adalah akan tumbuhnya rasa aman. Tetapa hal iu sering disalahgunakan oleh banyak orang tua di Indonesia. Jumlah kekerasan terhadap anak meningkat setiap tahun. Negara malah mengabaikan memberi perlindungan. Kasus kekerasan terhadap anak  terus muncul dengan sangat mengejutkan. Banyak kasus yang tidak manusiawi yang diterapkan pada seorang anak. Kasus mutilasi dan pedofilia, perdagangan anak, memperkejakan anak di bawah umur dan bahkan kekerasan seksual terhadap anak terus bermunculan secara beruntun di negara yang dijuluki sebagai negara hukum ini.

Dari Komnas Perlindungan Anak menunjukkan lebih dari 100 pengaduan setiap bulan, laporan yang mereka terima atas berbagai kasus pelanggaran kekerasan terhadap anak. Banyak anaka yang berusia sekitar 5-17 tahun diperkejakan. Anak yang bekerja umumnya masih bersekolah, bekerja tanpa upah di berbagai bidang jaa, industri, bahkan pertanian. Anak begitu mudah dipengaruhi oleh orang dewasa di jalanan, dirumah maupun disekolah. Banayak anak mendapat caci maki, pemaksaan, pemerasan yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri.

Hal itu sungguh menyedihkan dan sangat tragis. Betapa memprihatinkannya kondisi anak-anak di Indonesia. Kekerasan atau pelanggaran hak anak layak dinamakan sebuah tragedi kemanusiaan. Negara sama sekali tidak memandang anak sebagai sebua pribadi. Tetapi anak merupakan milik keluarga. Fakta-fakta kekerasan terhadap anak yang terjadi merupakan tanggung jawab negara dan orang tua. Di negara Indonesia tidak jarang menjadikan anak sebagai sebuah mesin uang. Banyak orang tua semata-mata hanya memikirkan tentang uang dan sama sekali tidak memperdulikan anaknya sendiri yang menderita.

Banyak yang mempertanyakan dimana peran agama sehingga kekerasan terhadap anak sering terjadi. Indonesia merupakan negara yang beragama, semua rakyatnya menganut agama masing-masing. Tokoh agama malah lebih memperhatikan pada simbol-simbol keagamaan tetapi sama sekali tidak memperhatikan martabat manusia. Seharusnya tokoh agama berani mengingatkan tentang kekerasan pada anak. Dan tokoh agama harus ikut mencegah kekerasan terhadap anak. Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak melakukan kekerasan terhadap anak-anak. Mencegah kekerasan terhadap anak harus dilakukan sejak sekarang. Anak akan terus menjadi mangsa dan sasaran atau pemuas kekesalan kedua orang tuanya. Saatnya semua masyarakat mengingatkan pemerintah untuk mencegah kekerasan terhadap anak.

Kekerasan secara fisik dan psikis pada anak yang terjadi merupakan fakta yang tidak bisa lagi disembunyikan. Anggota keluarga, masyarakat, dan pemerintah harus memahami hak anak-anak dan semaksimal mungkin untuk memenuhinya. Semua orang tua harus mengerti bahwa anak bukan hak milik yang bisa diperlakukan seenaknya. Mereka juga punya hak. Komnas Perlindungan Anak merekomendasikan pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang berpihak terhadap anak dan menegakkan peraturan perundangan tentang perlindungan anak yang sudah ada.

Pemerintah telah berupaya mencegah dan menangani kasus kekerasan pada anak dengan menerbitkan Undang-Undang Perlindungan Anak. Penyediaan fasilitas rehabilitasi sosial bagi anak-anak korban kekerasan dan pelanggaran hak anak. Semua manusia mempunyai hak-hak asasi yang harus dilindungi seperti halnya seorang anak. Perlakuan pemerintah tentang hak-hak asasi manusia harus selalu dipentingkan karena pada saat pembentukan pembukaan UUD 1945 telah tercantum tentang hak-hak asasi. Sehingga dalam hal ini manusia dapat merasakan hak-hak dengan layak.

Kekerasan pada anak merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang merusak masa depan. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan. Kekerasan yang tertuju pada anak merupakan hal yang sangat tidak wajar, anak masih perlu untuk tumbuh dan berkembang. Kekerasan hanya akan menumbuhkan bibit-bibit untuk melakukan atau meniru kekerasan saat dia besar nanti. Kekerasan pada anak jelas-jelas mencoreng HAM, karena jelas bahwa hak anak untuk hidup bebas dari kekerasan telah dilanggar. Anak korban kekerasan, tentunya akan mendapatkan luka mental yang dapat menyebabkan kejadian yang menimpanya dilampiaskan pada anaknya nanti. Hal ini akan menimbulkan generasi yang mencintai kekerasan.

Kekerasan sendiri merupakan penghancur negara ini karena melawan pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Oleh sebab itu hak anak untuk bebas dari kekerasan harus lebih dipertegas di Indonesia agar mengurangi tindak kekerasan pada anak. Masa depan anak yang menjadi korban kekerasan dapat kurang baik, karena luka-luka fisik maupun non fisiknya. Sosialisasi wajib dilakukan pada para orang tua agar tidak meluapkan emosinya kepada anaknya sendiri. Karena jika seorang anak melihat contoh tindak kekerasan maka anak itu pasti akan menirunya. Sehingga anak itu kelak akan melakukan kekerasan di masa akan datang.

Dalam mencegah kasus ini, dapat dilakukan dengan merehabilitasi para korban tindak kekerasan. Agar pengalaman pahit itu sebagai sebuah pelajaran bahwa tindak kekerasan adalah salah besar. Pengurangan acara televisi yang mengandung unsur-unsur kekerasan yang mungkin akan memicu anak meniru adegan kekerasan dari tontonan yang mereka saksikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline