Lihat ke Halaman Asli

frisilia utami

Mahasiswa universitas negeri Yogyakarta

Perasaan Aneh yang Tak Bernama ( Suatu Paradox Kah?)

Diperbarui: 24 Agustus 2024   16:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku kembali berada di satu titik dimana yang kurasakan hanyalah kehampaan. Entah sudah keberapa kalinya aku mandek dan terjerat dalam labirin kekosongan yang rumit ini. Sungguh aku bingung dengan keadaan semacam ini. Entah lari kemana kiranya segala ambisi yang dulu berkobar ganas dan bergejolak hebat di dada ini?. 

Dulu semua terasa begitu menggebu-gebu tapi sekarang semuanya telah kehilangan arti. Tidak, aku sungguh yakin bahwa saat ini aku tidak sedang dibawah pengaruh rasa pesimisme yang barangkali tingkat nya telah melewati batas atau beyond my control karena bagaimanapun keadaan yang sedemikian complicated dan tak pasti seperti sekarang ini, aku masih aware dan aku tau aku pasti bisa bertahan melewati masalah demi masalah, kesulitan dan keruwetan hidup akan jelas terurai dan terselesaikan seiring berjalannya waktu, aku telah terbiasa dan jelas menerima kenyataan bahwa hidup takkan pernah terpisahkan dengan yang namanya masalah. 

Sedikit banyak diri ini sudah memetik pelajaran dari pengalaman masa lalu yang pahit dan manis itu sehingga sebetulnya sudah ada sedikit bekal pemahaman dan kesadaran dalam diri ini bahwa kebahagiaan dan kesedihan tidak diciptakan untuk menjadi abadi. Nyatanya mereka selalu bergantian datang dan pergi mewarnai hidup setiap insan bernama manusia. Kehadiran mereka bak malam dan siang yang menyempurnakan kehidupan manusia yang tidak pernah sempurna. Tapi yang menjadi permasalahan nya bukan karena adanya masalah dalam hidup ku atau karena aku sudah cukup paham dengan the rules of life, how it works tapi dengan perasaan ku sendiri yang sering dilanda kekosongan. Perlu diri ini perjelas bahwa kekosongan yang ku maksud bukan sedih atau galau gulana , marah atau kesal dan sebagainya tapi sungguh kekosongan yang aku sendiri kadang bingung bagaimana cara menjelaskan nya, intinya kekosongan ini justru menjadi titik lemah bagiku sebab aku merasa stress dengan kekosongan ini. Hidup hampa tak berwarna dan tak tau arah tujuannya kemana.  

Seolah-olah hatiku menjadi bias dan mati rasa. Namun ini juga keanehan yang lain yang sungguh membuatku bertambah tambah bingung sebab pada kenyataannya kekosongan ini juga memberiku rasa bebas dan damai yang sedikit aneh (paradok). Kekosongan ini membuat ku menjadi bodoh amat dan hengkang dengan segala keterikatan segala bentuk standar sosial yang dulu pernah memenjarakan pikiran dan jiwaku. Nikmatnya ketika aku bisa mencicipi rasa hampa udara kebebasan oleh karena telah hilang untuk sementara waktu ambisi dan obsesi gilaku mengejar dan menaklukkan dunia. Satu-satunya yang tampak jelas untuk saat ini adalah kenyataan bahwa dunia bagiku tak lagi menggairahkan seolah aku telah kehilangan rasa pada seseorang yang dulu begitu ku eluh eluhkan sedemikian rupa, seolah-olah aku telah kehilangan minat dan ketertarikan pada seorang pria yang pernah membuat ku mabuk kepayang karna cinta buta. 

Maka pada hal demikian aku bingung setengah mati haruskah aku menikmati setiap momen ini, disaat aku berada pada titik kekosongan ini atau aku harus memberontak dan melarikan diri, berpacu lagi dengan waktu dan berlomba  menemukan kembali dan mengejar dengan menggila semua obsesi dulu yang pernah bersarang di otakku.. entahlah aku pun tak tau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline