Bekasi- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Bekasi, Jawa Barat, memperkirakan puncak cuaca ekstrim akan berlangsung pada bulan Oktober hingga Februari yang akan mendatang terus menerus. Selain hujan badai, cuaca ekstrim ini juga akan berpotensi terjadinya angin puting beliung.
Dari pantauan citra satelit setempat, wilayah Bekasi di nilai rawan terjangan angin puting beliung Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan berjaya jaga terhadap gejala kilatan petir awal pada sore hari sebagai penanda potensi angin ribut.Atau angin puting beliung
Untuk mengantisipasi ancaman bahaya pohon tumbang, Dinas Pertamanan Kota Bekasi mulai menggencar dan memangkas dahan dahan dan ranting pepohonan disepanjang jalur utama. Pepohonan besar berusia tua juga ditebang lantaran sebuah pohon itu kondisi batangnya sudah mulai keropos. Selain itu, posko kebencanaan juga disiagakan untuk mempercepat sistem komunikasi.
Dalam kondisi seperti ini, sayangnya teknologi yang dimiliki BMKG Indonesia saat ini belum mampu memprediksi adanya kemunculan puting beliung dikarenakan diameternya kurang dari 1 km. Sedangkan radar dan citra satelit BMKG hanya mampu untuk mendeteksi awan cumulonimbus di atas diameter 5 km.Waspada Cuaca Ekstrem di Musim Hujan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Bekasi, Jawa Barat, memperkirakan puncak cuaca ekstrim akan berlangsung pada bulan Oktober hingga Februari yang akan mendatang terus menerus. Selain hujan badai, cuaca ekstrim ini juga akan berpotensi terjadinya angin puting beliung.
Dari pantauan citra satelit setempat, wilayah Bekasi di nilai rawan terjangan angin puting beliung Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan berjaya jaga terhadap gejala kilatan petir awal pada sore hari sebagai penanda potensi angin ribut.Atau angin puting beliung
Untuk mengantisipasi ancaman bahaya pohon tumbang, Dinas Pertamanan Kota Bekasi mulai menggencar dan memangkas dahan dahan dan ranting pepohonan disepanjang jalur utama. Pepohonan besar berusia tua juga ditebang lantaran sebuah pohon itu kondisi batangnya sudah mulai keropos. Selain itu, posko kebencanaan juga disiagakan untuk mempercepat sistem komunikasi.
Dalam kondisi seperti ini, sayangnya teknologi yang dimiliki BMKG Indonesia saat ini belum mampu memprediksi adanya kemunculan puting beliung dikarenakan diameternya kurang dari 1 km. Sedangkan radar dan citra satelit BMKG hanya mampu untuk mendeteksi awan cumulonimbus di atas diameter 5 km.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H