Perjalanan bersama kawan-kawan Kompasianer ke Indramayu kali ini memenuhi undangan PT Pertamina yang menyelenggarakan perayaan HUT Pertamina ke 59. Dari Jakarta hari Jumat, kami berdelapan menyusuri pantai Utara lewat Tol Cipali pukul 10 malam, untuk menyesuaikan waktu kegiatan yang akan dimulai pukul 5.30 esok hari. Perjalanan cukup melelahkan karena long week end, jalan Tol menuju Cikampek padat hingga berkilo-kilometer. Akhirnya sesuai prediksi, kami tiba di Bumi Patra Indramayu pukul 4.00.
Setelah sempat mandi dan membersihkan badan di Mesjis Saadul Mutaqin, sementara yang lain menunaikan sholat subuh, kami menuju Guest House Sungai Gerong untuk sarapan. Perjalanan yang cukup melelahkan benar-benar membuat kami kelaparan. Setelah sarapan yang cukup mengenyangkan, dengan menggunakan bis karyawan Pertamina Balongan, bersama-sama Ibu Menteri LHK, Siti Nurbaya kami berangkat menuju Pantai Karangsong pukul 7.30.
Menuju pantai Karangsong dari Bumi Patra Pertamina hanya memakan waktu sekitar 15 menit. Di pantai masuk pantai Karangsong terlihat berjejer perahu-perahu nelayan yang ditambatkan. Sampai di pinggir pantai, sudah penuh pengunjung yang akan mengikuti puncak peringatan HUT Pertamina yang ke 59 yang mengambil tema, Pemberdayaan Pesisir dan Pembersihan Pantai. Cuaca pagi menjelang siang di kawasan pantai cerah dan cenderung panas. Tetapi hal itu tidak membuat surut para pengunjung, karena dalam kegiatan ini akan tampil hiburan seperti Setia Band dan akan ada pemecahan rekor MURI.
Sekilas tentang pantai Karangsong.
Pantai Karangsong adalah salah satu pantai yang pernah terkena dampak akibat kebocoran minyak di Indramayu tahun 2008. Wilayah Karangsong termasuk yang paling tercemar akibat pencemaran minyak tersebut. Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pemulihan lingkungan akibat kebocoran minyak tersebut, Pertamina gencar melakukan penanaman dan konservasi terhadap mangrove di kawasan Karangsong. Upaya penanaman dan konservasi mangrove secara perlahan mendorong kawasan pantai karangsong menjadi kawasan ekowisata, hingga akhirnya dinobatkan pemerintah sebagai sentra pengembangan mangrove di wilayah barat Indonesia.
Kawasan konservasi mangrove di Karangsong meliputi area yang luasnya mencapai 50ha. Terpisah dari bibir pantai Karangsong, kawasan arboretum mangrove menjadi tempat penenaman lebih dari 20 jenis mangrove antara lain Avicennia spp. (A. alba Blume A. germinans L, A. marina Vierh), Bruguiera sp (B. cylindrica (L) Blume, B. gymnorrhiza (L) Lam.), Rhizophora sp. (R. apiculata Blume, R. harrisonii Leechman, R. mucronata Lam., R. racemosa G. Meyer, R. mangle L., R. stylosa Griff dan R. xselala (Salvoza) Tomlinson). Kawasan Arboretum ini terpisah sekitar 200 meter dari pantai Indramayu, yang luasnya mencapai 50 ha.
Puncak peringatan HUT Pertamina ke 59 di Indramayu
Rangkaian kegiatan perayaan HUT Pertamina ke 59 yang mengambil tema Pemberdayaan pesisir dan Pembersihan Pantai dilaksanakan di 5 wilayah antara lain Tanjung Uban - Kepulauan Riau, Karangsong - Jawa Barat, Cilacap - Jawa Tengah, Banyuwangi – Jawa Timur, dan Balikpapan – Kalimantan Timur. Rangkaian kegiatan yang dilakukan secara serentak di 5 wilayah ini merupakan wujud komitmen Pertamina dalam konservasi dan rehabilitasi lingkungan.
Puncak perungatan HUT Pertamina ke 59 di Indramayu dihadiri Bupati Indramayu, Ibu Anna Shopanah, Direktur Hulu Bpk. Syamsul alam dan Menteri LHK, Dr Siti Nurbaya Bakar serta jajaran pimpinan Pertamina Balongan. Direktur hulu Syamsul Alam dalam sambutannya mengatakan selain giat dalam penanaman dan konservasi mangrove di Karangsong, Pertamina juga memberikan CSR dalam bentuk bantuan pemberdayaan usaha UKM pengolahan pangan mangrove. Bekerjasama dengan kelompok Jaka Kencana dan Kelompok Pantai Lestari, telah dihasilkan kurang lebih 8 jenis bahan olahan makanan yang berasal dari mangrove seperti kecap, dodol, keripik hingga syrup mangrove.
Bupati Indramayu, Anna Shopanah menyebutkan, daerah Indramayu sangat berterimakasih atas peran Pertamina yang telah melakukan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pesisir pantai Karangsong, sehingga lingkungan yang pernah rusak kini berhasil menjadi daerah ekowisata dan menjadi sentra penelitian tanaman Mangrove di Indonesia.
Sementara itu Menteri LHK, Siti Nurbaya menyebutkan, harapannya kawasan Mangrove di Indonesia bisa terus dipelihara dan dikembangkan, karena dari 1,3 miliar hutan mangrove di dunia, 2 %nya ada di Indonesia, yang berarti sekitar 26 juta hektar. Sayang kekayaan hutan mangrove di Indonesia yang begitu luas, sebagian besar bahkan separuhnya rusak antara lain akibat sifat pembangunan yang berorientasi pada air atau water point. Karena orang cenderung membangun pemukiman di dekat sungai atau air, maka hal itu berpengaruh juga pada rusaknya ekosistem mangrove, karena sampah atau limbah yang dibuang ke sungai bermuara ke laut dan mempengaruhi biota laut seperti kawasan mangrove.