Lihat ke Halaman Asli

Teruntuk Saudaraku di Papua

Diperbarui: 14 Oktober 2019   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ladyclever.com

Mungkin ludah yang kau sebut hinaan itu, masih hangat di pipihmu

menyelinap di permukaan kulit yang gelap dan kusam.

Mungkin ujar dan caci yang menghantam tepat di hatimu

masih membekas pada ingat dan nurani yang tak lekas buram.

Belum tuntas semua usaha.

Kalian masih sibuk memungut puing-puing semangat yang berceceran

meniti di tiap lorong-lorong opini para penguasa

sambari berdengung syair indah dan bersua 'aku papua'

Tahukah kalian,

kami tak ingin kisah kita tuntas menghilang.

Saat kita berlari bersama di pelataran rumah menjemput ayah dari hutan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline