Mungkin ludah yang kau sebut hinaan itu, masih hangat di pipihmu
menyelinap di permukaan kulit yang gelap dan kusam.
Mungkin ujar dan caci yang menghantam tepat di hatimu
masih membekas pada ingat dan nurani yang tak lekas buram.
Belum tuntas semua usaha.
Kalian masih sibuk memungut puing-puing semangat yang berceceran
meniti di tiap lorong-lorong opini para penguasa
sambari berdengung syair indah dan bersua 'aku papua'
Tahukah kalian,
kami tak ingin kisah kita tuntas menghilang.
Saat kita berlari bersama di pelataran rumah menjemput ayah dari hutan