Oleh : Frida Ratri Waahyuningtyas -- 1903016097 - PAI 4C -- FITK UIN Walisongo Semarang
Pendahuluan
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja berkisar antara usia 11-20 tahun. Di masa ini, seseorang mengalami perubahan besar, baik dari segi fisik maupun psikologis. Remaja merupakan generasi calon penerus bangsa yang kelak diharapkan dapat membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi, sangat miris melihat kasus kenakalan remaja di Indonesia yang masih sangat tinggi hingga saat ini. Banyak dijumpai kasus kriminal yang dilakukan oleh remaja seperti : narkoba, pelecehan seksual, bullying, tawuran antar pelajar, pencurian, dan lain sebagainya.
Berdasar data Badan Statistik angka kriminalitas di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2014 samapai tahun 2019 dengan pelaku utama adalah warga yang berusia kurang dari 16 tahun. Jawa Timur menduduki peringkat 5 tertinggi sebagai pentumbang kriminalitas di Indonesia. 55% kejahatan terjadi didaerah perkotaan, sedangkan Surabaya merupakan urutan no 3 penyumbang kriminalitas di Jawa Timur sejak tahun 2014- 2019. Jenis kriminalitas yang tejadi di Surabaya 85% dilakukan oleh anak berusia dibawah 16 tahun dengan berbagia bentuk kriminal seperti narkoba, minum-minuman keras, pencurian sepeda motor, tawuran, pemerkosaan, perampasan dengan kekerasan (Masita, dkk, 2021 : 147) Hal ini dapat disebabkan karena pendidikan karakter yang dikesampingkan. Seperti misalnya orang tua yang lebih mengedepankan prestasi dibandingkan karakter anak. Kemungkinan sang anak akan menjadi seseorang yang pintar, akan tetapi tidak memiliki karakter yang baik.
Isi
Pada dasarnya kenakalan remaja dapat terjadi karena didasari beberapa faktor. Sumara menyatakan cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
1. Faktor Internal
- Krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
- Kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal
- Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik[1]buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. (Dadan Sumara, dkk, 2017 : 347)
Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja. Zahratul (dalam Mujahidah : 2015) menyatakan Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Mujahidah menyatakan Teori ekologi perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal anak untuk menggambarkan, mengorganisasi dan mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi. Teori ekologi memandang perkembangan anak dari tiga sistem lingkungan yaitu mikrosistem, eksosistem, dan makrosistem. Ketiga sistem tersebut membantu perkembangan individu dalam membentuk ciri-ciri fisik dan mental tertentu.
- Mikrosistem adalah lingkungan dimana individu tinggal, konteksi ini meliputi keluarga individu, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tampat tinggal. Dalam sistem mikro terjadi banyak interaksi secara langsung dengan agen sosial, yaitu orang tua, teman dan guru.
- Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak terlibat interaksi secara langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sub sistemnya terdiri dari lingkungan tempat kerja orang tua, kenalan saudara baik adik, kakak, atau saudara lainnya,dan peraturan dari pihak sekolah.
- Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistem makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dan lain sebagainya, dimana semua sub sistem tersebut akan memberikan pengaruh pada perkembangan karakter anak. Menurut Berk budaya yang dimaksud dalam sub sistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan dan semua produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. (Mujahidah, 2015 :173-175)
Keluarga merupakan lingkungan primer bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Keluarga menjadi tempat pertama anak mendapat pendidikan. Terlebih lagi orangtua, peran mereka sangat besar dalam perkembangan anak. Menurut Agus Wibowo (dalam Mujahidah : 2015 ) Dalam perspektif ekologi perkembangan, pola asuh orangtua akan mempengaruhi perkembangan karakter anak. Jenis-jenis pola asuh orangtua pada anak ada tiga, yaitu pola asuh permissif, pola asuh otoriter, dan pola asuh demokratis. Ketiga jenis pola asuh tersebut masing-masing memiliki karakteristik Yang berbeda :