Eight grade dimulai dengan Kayla Day, sedang merekam video untuk kanal YouTube-nya, Kayla Korner. Kayla adalah seorang anak perempuan kelas delapan SMP. Ia membuat video-video tips untuk anak-anak seusianya di YouTube, contohnya seperti "bagaimana caranya untuk menjadi diri sendiri?" "Menjadi percaya diri" dsb. Idenya menarik, tapi kanalnya tidak pernah mendapat view lebih dari 5. Kayla merupakan gadis yang pemalu, ia mengaku selalu nervous dalam setiap kesempatan. Scene di mana kayla berjalan mondar mandir sambil berlatih dialog sebelum memulai percakapan akan sering kita dapati. Eight grade diklaim para kritikus sebagai film debut Bo Burnham yang bernas dalam menggambarkan bagaimana keseharian dalam hidup gadis 13 tahun ini; begitu juga masalah-masalah yg mengikuti remaja ini.
Kayla tinggal berdua saja bersama ayahnya, ke mana ibunya tidak disebutkan hingga akhir film. Ayahnya, yang khawatir kalau anak baru gedenya tidak punya kawan, menyuruh Kayla untuk menghadiri pesta ulang tahun Kennedy Graves. Nah, Kennedy ini adalah Queen Bee di SMP Kayla. Ia populer, kaya raya, barang-barangnya pun mahal. Pada saat sesi buka kado, Kennedy membuka kado dari Kayla dengan gestur jijik dan memberi tatapan dingin pada Kayla saat tahu ia mendapatkan kado yang tidak diinginkan. Entah sesajen apa yang harus disembahkan pada Kennedy supaya ia dapat menerima Kayla sebagai temannya. Surat terima kasih yang ditulis Kayla untuknya tak pernah dibalas.
Di scene selanjutnya, kita disuguhkan situasi school shooting drill yang memang sudah menjadi hukum di Amerika. Kayla sudah lama naksir Aiden, teman sekelasnya. Di tengah pelatihan, mereka diharuskan untuk menunduk di bawah meja. Kayla menyelinap ke tempat Aiden. Percakapan mereka berdua sungguh menggelikan, namun terasa nyata. Kayla berusaha keras mendapatkan perhatian Aiden. Tapi Aiden, seperti bocah lelaki pada umumnya, tidak tertarik untuk berteman dengan murid perempuan. Di sini kita dapat melihat betapa konstruksi sosial yang melekat di pikiran Kayla membuatnya rela untuk mengatakan apapun demi mendapat perhatian dari teman lawan jenisnya. Siapapun yang pernah menjadi remaja berusia 13 tahun pasti pernah mengalami hal serupa.
Tidak sampai di situ saja, Kayla harus mengalami kejadian tidak mengenakkan saat ia pulang dari kongkow bersama Olivia, anak SMA yang ditugasi menjadi Shadow-nya. Sebagai anak pemalu, mudah gugup, dan berusaha membuat Olivia terkesan, Kayla menolak diantar pulang terlebih dahulu. Jadilah ia harus berduaan saja dengan Riley, kawan lelaki Olivia. Sebagai orang tua yang menonton film ini, saya sudah ketakutan sekaligus bersiap dengan scene selanjutnya. Reaksi Riley setelah ia gagal mendapatkan apa yang ia inginkan cukup menjadi sebuah wake-up call buat saya. Dengan penuh amarah ia menyumpahi bahwa Kayla akan mendapat perlakuan buruk dari lelaki dan betapa ia malah memposisikan dirinya sebagai seseorang yang hanya ingin membantu Kayla. Hal ini membuat saya sadar, begitu banyak tuntutan bagi seorang perempuan, bahkan dimulai dari usia sebelia ini.
Siapapun yang pernah berumur 13 tahun, atau pernah jadi remaja pasti akan merasa tidak nyaman dan kikuk saat menonton Eight Grade. Bo Burnham sukses menceritakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak ini secara akurat. Terlalu sangat akurat, malah.
Bagaimana tidak? Siapa yang tidak pernah merasakan ingin berteman dengan orang yang populer, memakai barang-barang mahal, dan hobi pamer? Walau sayangnya, berteman dengan orang-orang seperti ini tentu cukup melelahkan dan menguras kantong. Pun, sebagai anak yang baru saja bertransisi dari masa kanak-kanak ke usia remaja, begitu banyak aturan dan larangan yang harus diindahkan. Namun seringnya, kita tidak mengerti kenapa kita memiliki aturan dan larangan sedemikian rupa. Pada usia ini pun, kita berada dalam kondisi yang rapuh. Salah pertemanan sedikit saja, kita dapat terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Misalnya, tidak jarang, kan, kita bertemu dengan anak yang suka dibagi apa saja yang kita punya.