"Ya Allah, ya Rabbi, berikanlah kepadaku. Berikanlah petunjuk apa yang besok pagi akan kukatakan, sebab Engkaulah ya Tuhanku, mengerti bahwa apa yang ditanyakan kepadaku oleh Ketua Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai itu bukan barang yang remeh, yaitu dasar daripada Indonesia Merdeka."
Kutipan di atas merupakan doa yang dipanjatkan Bung Karno di malam sebelum beliau berpidato pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).(1) Sesungguhnya Bung Karno bukanlah pencipta Pancasila dan beliau sudah sering mengatakan itu.(2) Bung Karno hanyalah selayaknya seorang bidan yang membantu kelahiran Pancasila dari dalam bumi Indonesia. Dan doa yang dikutip di atas merupakan doa yang mengawali proses itu hingga akhirnya Pancasila lahir tanggal 1 Juni 1945.(3)
Sekarang ini, di tengah kemajuan zaman dan maraknya pemikiran yang berusaha untuk memecah Indonesia, Pancasila kerap menjadi sorotan, apakah bisa tetap hidup di tengah segala tantangan itu. Sesungguhnya, sebagaimana dia lahir, seperti itu juga Pancasila bisa tetap hidup. Pancasila seharusnya hidup dengan diiringi oleh rakyat Indonesia yang dengan setia berdoa bagi kehidupan dan keutuhan Pancasila di setiap elemen bangsa Indonesia.
Berbicara tentang kelahirannya, Pancasila sesungguhnya sudah dikandung sejak lama di alam Indonesia. Beratus-ratus tahun lamanya Pancasila berada di dalam rahim Ibu Pertiwi dengan panggilan sayang Bhinneka Tunggal Ika. Jiwa yang "berbeda-beda tetapi satu jua" sudah hidup sejak jaman dahulu kala ketika umat Hindu dan Buddha yang berbeda hidup berdampingan dalam satu Kerajaan Singasari.(4)
Doa Bung Karno di atas akhirnya mempertemukannya dengan ilham dari Tuhan yang membuat Bung Karno menggali jati diri tersebut dari dalam bumi Indonesia. Jati diri yang sudah hidup beberapa abad yang silam di tengah-tengah kedamaian berbangsa dan bernegara di nusantara akhirnya lahir sebagai dasar negara Indonesia yang bernama Pancasila.
Kini, di tahun 2018, Pancasila sudah berusia 73 tahun. Sudah banyak yang dilalui oleh Pancasila hingga bisa bertahan hingga sekarang. Tentunya banyak tantangan dari berbagai aspek yang berpotensi menggoyahkan eksistensi Pancasila sebagai dasar negara yang final di Indonesia. Ada tantangan yang datang dari ideologi luar yang berusaha menyeruak masuk dan menggantikan Pancasila. Tetapi, yang tidak kalah bahayanya adalah tantangan yang secara tidak sadar datang dari masyarakat Indonesia itu sendiri.
Menjalani hidup bernegara dengan Pancasila secara utuh merupakan tantangan tersendiri bagi Bangsa Indonesia karena itu bukanlah perkara yang mudah. Tidak jarang bahwa Pancasila kerap hanya dimaknai sebagai hafalan dan tidak menjadi jiwa yang sesungguhnya lahir dalam diri bangsa Indonesia. Akibatnya, banyak masyarakat Indonesia yang masih mudah terprovokasi oleh isu-isu negatif pemecah-belah yang datang dari berbagai oknum.
Menghidupi Pancasila bukanlah hal yang mudah karena Pancasila tidak hanya menyangkut hidup berdampingan dalam keberagaman agama dan budaya, tetapi juga perihal kehidupan ekonomi, politik sampai pada hubungan dengan negara luar. Berbagai usaha dilakukan oleh negara dan seluruh masyarakat untuk menegakkan Pancasila sebagaimana yang dicita-citakan sejak kelahirannya. Usaha-usaha tersebut bertujuan supaya Pancasila menjadi jiwa yang merasuki seluruh elemen kehidupan bangsa.
Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan, doa merupakan satu usaha yang tidak boleh dilupakan dalam mewujudkan Pancasila sebagai ideologi tunggal dan final bagi Indonesia. Pancasila lahir dengan diawali ilham yang diperoleh Bung Karno dari doanya di tengah pergumulan akan dasar negara Indonesia.
Di tengah sulitnya menerapkan dan menanamkan pemahaman akan kehidupan ber-Pancasila, doa juga seharusnya menjadi senjata utama seperti yang dilakukan Bung Karno dalam menggali Pancasila.
Doa sejatinya melambangkan betapa kasihnya seseorang terhadap objek yang didoakan. Sudah menjadi hal biasa jika orang tua mendoakan masa depan anak yang dikasihinya. Begitu juga anak ketika mendoakan orang tuanya. Apakah sudah menjadi hal biasa ketika Bangsa Indonesia mendoakan Pancasila-nya?