Petani sengaja dibuat susah agar lahannya dijual.
Petani dibuat ketergantungan terhadap pupuk kimia. Tetapi pupuk dibuat mahal. Subsidi sangat terbatas, jauh dari mencukupi kebutuhan lahan dan pembeliannya pun harus punya KTA Kelompok Tani.
Petani dibuat terjepit.
Saat panen raya, pasar tidak mampu menyerap, pemerintah lepas tangan. Tidak ada yang mau menampung hasil tani mereka.
Petani dibuat sakit hati.
Saat menanti panen, harga melambung, membuat petani berharap banyak. Tetapi saat panen tiba, pemerintah membuka keran impor.
Petani dipersempit ruang geraknya.
Lahan-lahan pertanian berubah fungsi menjadi hunian. Land use dengan status hijau dengan cepat berubah menjadi status kuning, mendadak diperbolehkan untuk dijadikan kawasan permukiman.
Padahal status hijau diberikan untuk lahan subur dan produktif.
Sementara penguasaan tanah atas nama pribadi dengan luasan yang diluar jangkauan akal, marak ditemui. Sekalipun dia adalah aseng sekalipun.
Kalau petani lenyap, kita mau makan apa?
Hasil rtanian rumah tangga, menanam di beranda rumah jauh dari kata mencukupi. Dan tidak semua orang mempunyai tangan yang dingin dalam bertani.
Dawamkan sholawat asyghili agar para pemangku jabatan yang menyebabkan kondisi petani terpuruk segera mendapat balasan dari Allah Ta'ala.
Me,
Emaknya anak-anak.
Istrinya c Mbeb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H