"gilak, males banget! uda hampir kelar draft nya lupa ke save.. gimana mau semangat kalo gini?? ide pasti berubah lah! ga bisa di recovery lagi, yawdahlah, mau gimana lagi, move on ajalah, semoga tetep seru!"
Oke, hari ini mood buat ngetik timbul dan tenggelam, dikarenakan koneksi internet yang sedikit menyebalkan ditambah lagi, draft yang baru saya buat hilang karena batre laptop nge drop, mati tiba tiba. paling ga, saya mencoba berbuat satu kebaikan hari ini, demi segelintir orang yang otaknya sudah terpengaruh hipnotis tulisan-tulisan ini, huahahahahhaha #tawajahat.
Gunung Papandayan, sebuah gunung wisata katanya. Lima ratus meter sampe satu kilometer perjalanan, kami masih bisa merasakan semangat menggebu-gebu, terlihat dari beberapa teman yang sudah berkali-kali selfie, merekam keindahannya dari gadget masing masing. Saya berbeda, bukan saya tidak tertarik pemandangannya, saya lebih concern ke hal yang lain, efektifitas. Walaupun ini disebut gunung wisata bagi pendaki-pendaki berpengalaman, buat saya ini sih tetep perjalanan yang berat, secara, dari bawah saya udah bawa carrier berat, ditambahin tiga botol air mineral 1,5 literan, berat! Apalagi saya uda punya beban pasti di carrier bagian depan, yaitu segumpal lemak-lemak jahat yang massa nya lebih dari 10 kg sendiri, ini beban tambahan yang cukup menyulitkan.
Keindahan Papandayan memang tidak bisa dipungkiri, walau perjalanan kami barulah sedikit, dan ternyata masih jauh banget! Wisata? saya rasa ini kata yang kurang tepat. Di sisi kiri dan kanan kita di suguhkan pemandangan berbeda, mulai dari tanah bebatuan, asap belerang, pepohonan, awan, langit biru dan tumpukan tumpukan mineral, bingung juga nyebutnya apa, antara bukit di pegunungan atau hanya gumpalan tanah yang menggunung. Saya cukup menikmati suasana dan perjalanannya. Walau pun berat, saya pura-pura kuat. Malu kalau sampai ada yang tau, bisa jadi cita-cita saya menjadi keren, hancur berantakan. Di tengah tengah hiruk pikuk perjalanan dan indahnya suasana di Papandayan, saya memiliki keinginan yang bersifat personal di tempat ini, ANGAN.
Sejak dari awal saya sudah meng kalkulasi beberapa hal, mulai dari gimana kalau pup di gunung, kedinginan, ga bisa tidur, hujan badai, ga bisa makan, atau hal-hal yang menegangkan lainnya, yang bikin saya ingin tetap ikut dengan segala hal itu adalah saya ingin tahu rasanya bisa sendiri di alam terbuka, di tempat yang saya sebut MAJESTIC. Menikmati waktu-waktu yang ada sendiri dengan alam. Tempat dimana kamu bisa me-recharge energi dari alam itu sendiri, tanpa gangguan hiruk pikuk megahnya dunia. Menikmati dinginnya malam penuh dengan bintang, atau sekedar duduk di bawah pohon mati melihat warna-warna kontras tanah dan semak. Menikmati dingin dengan disuguhi indahnya garis potong gunung dan langit biru. Angan yang sesederhana itu.
Perjalanan, petualangan, rintangan yang saya lalui sepadan dengan sebuah angan. Saya ingin sendirian, bersentuhan dengan alam.
-bersambung-
PONDOK SELADA, 19.00 WIB
UDARA MEMBEKU, HUJAN MELANDA, BASAH DAN DINGIN