Desa Punggur Kapuas merupakan desa hasil dari pemekaran Desa Punggur Besar pada tahun 2012 silam yang memiliki potensi alam yang besar. Salah satu potensi alamnya adalah tanaman kelapa, yang dikembangkan menjadi gula kelapa oleh warganya. Gula kelapa terbuat dari nira kelapa sehingga buah kelapa tidak dimanfaatkan dengan maksimal dan menyebabkan penumpukan limbah yaitu salah satunya ialah tempurung kelapa.
Di Desa Punggur Kapuas, terdapat beberapa masyarakat yang masih menggunakan tungku untuk mengurangi penggunaan gas Elpiji dan menjadikan tempurung kelapa sebagai bahan bakarnya. Namun penggunaan tempurung kelapa sebagai bahan bakar tidaklah efektif karena diperlukan dalam jumlah besar, mudah habis dan menyebabkan polisi udara.
Briket lebih unggul dibandingkan arang karena harganya lebih murah, mudah terbakar, lama habis, minim asap, dan minim abu. Oleh karena itu, pengolahan tempurung kelapa menjadi briket merupakan inovasi baru dalam menanggulangi penumpukan limbah.
Briket merupakan bahan bakar alternatif dari pemanfaatan biomassa. Tempurung kelapa adalah biomassa yang dapat dijadikan sumber energi alternatif. Tempurung kelapa yang tidak digunakan dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembuatan briket, dimana tempurung kelapa diolah menjadi arang melalui proses karbonisasi (Amin, dkk., 2017).
Pembuatan briket tempurung kelapa terdapat beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Pengarangan yang dilakukan dengan membakar tempurung kelapa hingga menjadi arang.
2. Penggilingan yang dilakukan dengan menumbuk tempurung hingga halus atau menjadi serbuk.
3. Pengayakan yang dilakukan dengan mengayak serbuk hasil penggilingan.