Pesta demokrasi bakal terlaksana beberapa waktu yang akan datang. Masyarakat sepertinya tidak lagi bersabar menanti momen emas, 9 Desember.
Pada tanggal bersangkutan, Masyarakat Kabupaten Malaka akan menentukan pilihan; memilih pemimpin Kabupaten Malaka, yang akan mengendalikan roda pemerintahan Kabupaten Malaka selama dua tahunan yang akan datang.
Menarik bahwa antusiasme masyarakat menjelang pemilukada kali ini, sangat tinggi, walaupun beberapa kasus kriminal menjadi catatan hitam untuk kabupaten yang terhitung bungsu ini.
Ada dua paket dalam pertarungan pilkada kali ini, yakni Simon Nahak- Kim Taolin, nomor urut 1, tagline SN-KT, dan Stefanus Bria Seran-Wendelinus Taolin, nomor urut 2, tagline SBS-WT.
Seturut kebiasaan religius umat Katolik, pemberian nama terhadap seseorang, dianjurkan agar perlu memakai nama Santo-Santa, tokoh-tokoh iman dan tokoh-tokoh religius dalam Kitab Suci.
Ditinjau dari nama diri (nama calon bupati), Stefanus dan Simon, seturut Kitab Suci Katolik, perlu direfleksikan secara religius.
Kitab Suci menyebutkan nama; Simon Petrus (Matius 16:18, Yohanes, 1:42, 21:15-16) Simon dari Kirene (Markus 15:12) dan Stefanus Martir (Kisah Para Rasul bab 6-7).
Memintal makna religius dari nama-nama di atas, perlu bagi Masyarakat Malaka, untuk menarik poin etis serentak menghadirkan solusi bagi situasi politik Kabupaten Malaka, saat ini.
Simon adalah nama asli, dan kemudian diberi nama Petrus oleh Yesus, yang artinya batu karang. Dalam Kitab Suci, nama Simon Petrus selalu digunakan secara bersamaan.
Dengan menyebutkan nama Simon Petrus, umat Kristiani meyakini bahwa sejak Yesus meletakkan dasar Gereja, Ia meletakkannya di atas dasar yang kuat (batu karang), yang walaupun dilanda angin taufan dan ombak, GerejaNya tetap kokoh berdiri.
Kepada Simon Petrus diserahakan kunci Kerajaan Surga, karena ketulusan Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias, Putera Allah. Simon Petrus dipercaya karena ketulusannya untuk mengungkapkan dan keberaniannya untuk mengakui.