Lihat ke Halaman Asli

Yudel Neno

Penenun Huruf

Memahami Iman Katolik

Diperbarui: 22 Oktober 2020   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Hal seputar iman Katolik telah banyak dibahas, dan karena itu bukan sesuatu yang baru. Walaupun demikian, pertanyaan tentang apa itu iman Katolik, masih banyak kita temukan. Gugatan terhadap Iman Katolik pun tidak sedikit, baik secara internal dari anggota Gereja itu sendiri, maupun secara eksternal dari para beriman lainnya.

Dalam perjumpaannya dengan peredaran zaman, di mana menguatnya semangat materialisme dan individualisme, iman Katolik  diperhadapkan dengan suatu tantangan serius. Seringkali umat Allah sulit memberi jawaban. Sebetulnya, iman dari sisi illahinya, berurusan langsung dengan Allah, tetapi secara sosio-eksistensial, iman memang harus dipertanggungjawabkan.

Saya memilih dua tantangan, dari sekian banyak tantangan  zaman ini, yakni individualisme dan materialisme.

Perspektif individualisme; orang hanya asyik dengan urusannya sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain, mau baik atau tidak. Iman urus masing-masing, tidak perlu sibuk dengan orang lain. Sementara iman selalu berarti beriman dalam semangat persekutuan.

Perspektif materialisme; orang menaruh total kepercayaannya hanya kepada materi sebagai penjamin dan sumber kesejahteraan, dan tidak pada sesuatu yang abstrak sifatnya. Sementara iman memang sifatnya abstrak (tak kelihatan). Tersebab materialisme, orang hidup dalam gaya serba perhitungan, sementara iman selalu berarti murah hati dan ringan tangan.

Lantas, apa itu iman Katolik?

Kata Kitab Suci

Ibrani 11:1 ; Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman memang tidak kelihatan, dan justru karena itu, iman menjadi dasar dan penghubung bagi manusia, untuk merasakan Allah dari dekat. Inilah letak misteri iman.

Yakobus 2: 20

Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (iman yang kosong).

Kita beriman kepada Allah, sembari hidup di tengah-tengah umat manusia. Iman kepada Allah, tidak ada gunanya, jika perbuatan baik kepada sesama, yang olehnya dan kepadanya Allah berkenan, tidak kita lakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline