Lihat ke Halaman Asli

Yudel Neno

Penenun Huruf

Memimpin Misa Syukur Panen Raya, Uskup Atambua Apresiasi Malaka Sebagai Tanah Produktif

Diperbarui: 25 Oktober 2019   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi: Uskup Atambua, Mgr. Dr.Dominikus Saku, Pr

Pasca menerimakan Sakramen Krisma untuk ribuan peserta Krisma di Paroki Santa Maria Fatima Betun, Kamis, 24/10/2019, Uskup Atambua: Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr, Uskup Atambua kembali dijemput oleh Umat Lingkungan Matai, Tabene, Lo'olatar (Matatar) untuk merayakan misa syukur panen raya, Jumat, 25/10/2019.

Bapak Uskup dijemput oleh sekelompok tokoh adat di Paroki Betun, dan Bapa Uskup diarak dengan berpakaian adat lengkap menuju Matai. Bapak Uskup dijemput dengan tarian likurai dan pengalungan.

Sebelum Perayaan Ekaristi dimulai, Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr, bersama dengan Deken Malaka, Rm. Edmundus Saku, Pr, Rm.  Eman Kiik, Pr, Rm. Yanto Bere, Pr, Rm. Marsel Nai Kei, Pr dan Diakon Yudel Neno, Pr rehat sejenak di Rumah Adat Uma Bot Matiris Raimea.

Perayaan Ekaristi syukur panen raya ini, dipimpin oleh Bapa Uskup Atambua.

Dalam kata pengantar plus khotbahnya, Mgr. Domi menegaskan tentang Malaka sebagai tanah yang kepadanya Tuhan telah memperkenankan kesuburanNya di Tanah Malaka ini, sehingga setahun bisa panen sampai tiga kali.  

Dalam khotbahnya, Mgr. Domi menegaskan poin-poin penting yakni syukur karena panen, ladang hati dan ladang bumi pertiwi.

"Kita bersyukur karena Tuhan memperkenankan kita untuk mengolah dan memanfaatkan alam ciptaanNya. Dan sebagai orang beriman, kita patut mempersiapkan hati kita sebagai ladang untuk tumbuh subur dan berkembangNya Sabda Allah sebagai kekuatan hidup kita," pungkas Mgr. Domi Saku.

Perayaan Ekaristi itu berakhir dengan khidmat.

Turut hadir dalam Perayaan Ekaristi, Rm. Mundus Nahak, Pr (Pastor senior Keuskupan Atambua).

Pasca Perayaan Ekaristi, Mgr. Domi mengungkap isi hatinya bahwa kecintaanya untuk Tanah Malaka, sudah tumbuh sejak tahun 2008, di mana, Malaka memiliki bendungan yang besar tetapi tetap mengalami kekeringan.

Karena situasi seperti itu, lanjut Mgr. Domi, tahun ini (2019), Malaka mengalami kemajuan dalam produktivitas dan pengembangan ekonomi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline