Lihat ke Halaman Asli

Yudel Neno

Penenun Huruf

Tim PL TJPS Kabupaten Malaka Melakukan Kegiatan Ubinan Jagung dan Sosialisasi Program TJPS dari Gubernur NTT

Diperbarui: 26 Maret 2019   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pribadi

Tim Pendamping Lapangan Tanaman Jagung Panen Sapi (Tim PL TPJS) Kabupaten Malaka, melakukan ubinan jagung subsidi APBD 1 Provinsi NTT, di Kelompok Tani Bilaku Menaran, Desa Botin Maemina, Kecamatan Botin Leobele, Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur, Selasa, 26/03/2019.

Jagung yang ditanam oleh masyarakat Kelompok Tani ini merupakan jagung hasil subsidi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 1 Tahun Anggaran 2018 Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang direalisasikan di Kabupaten Malaka.

Grerorius Alexander Bouk yang sering disapa Greg selaku Koordinator Pendamping, mengatakan bahwa ubinan ini dilakukan untuk mengetahui hasil produksi jagung pada luas lahan tertentu yang dimiliki oleh petani sebelum jagung dipanen. Petani dengan sendirinya sudah mengetahui produksi jagung akan diperoleh, sehingga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk membandingkan produksi jagung sebelumnya, pungkas Alumnus Politani Kupang itu.

Greg melanjutkan, bahwa hari ini, kedatangan Tim PL TPJS di tempat ini, selain untuk melakukan kegiatan ubinan jagung di Kelompok Tani Bilaku Manaran, Tim juga mensosialisasikan Program Gubernur NTT “Tanam Jagung Panen Sapi” (TPJS). Dari lahan yang dilakukan ubinan jagung, hasilnya akan dijadikan sebagai bahan evaluasi Tim pakar untuk menetapkan lahan sasaran Program TPJS dari Gubernur NTT, pungkas Greg.

Dok.Pribadi

Patrisius Lesu selaku PL di Kelompok Tani Bilaku Menaran, mengatakan bahwa kegiatan hari ini, mengambil ubinan pada petani yang menanam benih jagung komposit. Lesu, yang sering disapa oleh teman-temanya, mengatakan bahwa dari hasil ubinan produksi, yang diperoleh 2,3 ton, sementara produktivitasnya 7,5 ton/ha, dengan luas lahan 30 are. Jarak tanam 80 x 80 dengan pola tanam secara acak dan jumlah benih per lubang tanam 3-4 biji.

Lanjutnya lagi, jika dilihat dari hasil produksi dan produktivitas maka hasilnya masih kurang, karena produksinya kurang dari 50% jika dibandingkan dengan produktivitas benih jagung komposit. Hal ini disebabkan karena pola tanam yang tidak teratur dan kurangnya perawatan, pungkas Lesu ketika diwawancarai disela-sela kesibukan kegiatannya.

Pemilik lahan, Markus Molo, ketika diwawancarai, beliau mengatakan bahwa produksi jagung ini tahun masih lebih tinggi tahun lalu, yang mana tahun hasil produksi hanya 500 kg, karena benih yang ditanam adalah jagung lokal dengan pola tanam yang tidak teratur sehingga hasilnya hanya sebatas itu. Lantas, Molo sangat mengharapkan pendampingan yang serius dari para penyuluh.

"Kami sangat mengharapkan pendampingan dari para penyuluh, karena pengetahuan kami masih kurang mengenai budidaya jagung”, pungkas Molo.

Sementara itu, menurut Ketua Kelompok Tani Bilaku Manaran, Lusianus Hane, beliau mengatakan bahwa selama ini PPL kurang mendampingi kami secara rutin sehingga kebanyakan anggota kelompok masih tanam secara tradisional. Sebagai akibatnya, hasilnya juga tidak maksimal sesuai lahan yang kami miliki.

Lebih lanjut, Hane mengatakan bahwa kami sangat senang dengan adanya Program dari Gubernur NTT " Tanam Jagung Panen Sapi" sehingga kami sangat membutuhkan adanya pendampingan yang intensif dari para PL TJPS agar program Gubernur bisa berhasil, guna meningkatkan kesejahteraan para petani, demikian tandas beliau ketika diwawancarai.

Kegiatan hari berjalan lancar. Para anggota kelompok juga sangat antusias karena selama ini belum ada kegiatan ubinan yang dilakukan oleh para PPL di kelompok ini.

Penulis : Alex Bria

Editor   : Yudel Neno




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline