Perhelatan politik menjelang pesta demokrasi makin dekat. Para politisi, caleg, tim sukses makin gencar melancarkan aksi mereka.
Kampanye pun ditempuh dengan berbagai cara dan melalui berbagai media entah media online maupun media cetak.
Salah satu hal yang patut disorot ialah berbagai sumbangan untuk menarik perhatian masa. Berbagai sumbangan bisa berupa uang ataupun materi.
Praktek seperti ini paling nampak ditemukan dalam lembaga-lembaga agama misalnya Gereja.
Khususnya dalam Gereja Kristen ada praktek memberi sumbangan yang disebut berderma.
Dalam berderma, tidak ditentukan patokan normatif; berapa nilai uang atau materi yang harus disumbangkan, walaupun dalam kenyataan seringkali ditemukan, ada saja patokan-patokan nominal dalam berderma.
Catatan kritisnya ialah perlu dibedakan antara berderma dan politik uang.
Momen politik seperti saat ini, terkesan sulit dibedakan antara berderma dan politik uang.
Seringkali para politisi, tim sukses, para calon kepala daerah, memberi sumbangan entah berupa uang maupun materi lainnya kepada umat, padahal maksudnya ialah untuk menarik perhatian rakyat.
Harapan yang muncul dari sumbangan seperti ini ialah agar si pemberi sumbangan dipilih demi memenangkan kursi politik.
Praktek seperti ini sebenarnya politik uang yang dibungkus sebagai wujud derma. Dan justru karena disebut-sebut sebagai derma maka aturan apapun tidak dapat menindak si pemberi.