Lihat ke Halaman Asli

Yudel Neno

Penenun Huruf

Tiada Kemuliaan Tanpa Salib

Diperbarui: 17 Maret 2019   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sesawi

Kej. 15:5-12,17-18

Flp. 3:17-4:1 (Flp. 3:20-4:1); 

Luk. 9:28b-36.

Minggu II Prapaskah, 17 Maret 2019

 

Dalam kehidupan sehari-hari, sikap saling menghargai merupakan praktek yang biasa kita lakukan. Kita pernah mengalami, bagaimana kita dipuji dan bahkan dimuliakan dalam sapaan. Sekurang-kurangnya, sapaan Yang Mulia, terhadap seorang uskup, tidak terlepas dari tugasnya sebagai penggembala jiwa umat beriman. Di sini, tindakan pemuliaan tidak terlepas dari martabat diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Ada dimensi pengabdian terhadap manusia sebab mengabdi manusia berarti memuliakan Allah.

Kalau tindakan pemuliaan dirasakan begitu agungnya, dari manusia dan untuk manusia, betapa tak terhingganya kemuliaan yang datang dari Allah sendiri. Memang kemuliaan Allah, sesungguhnya transenden sifatnya tetapi atas dasar iman, sebagai dasar dari segala harapan dan bukti dari segala sesuatu yang tak terlihat, kemuliaan itu kini telah menyata dalam diri Yesus Kristus Putera Allah.

Bacaan Injil yang baru saja kita dengarkan, mengetengahkan kepada kita tentang Yesus Dimuliakan di atas gunung. Memang tidak disebutkan gunung mana tetapi yang jelas bahwa Petrus, Yohanes dan Yakobus telah menyaksikan kemuliaan itu.

Kemuliaan itu tampak melalui rupa wajah Yesus yang berubah, pakaianNya menjati putih berkilau-kilauan dan tampaknya dua tokoh kunci Perjanjian Lama yakni Musa si Pemberi Hukum dan Elia Sang Nabi sedang berbicara dengan Dia. Pada akhirnya, kemuliaan itu datang oleh Allah Bapa sendiri melalui kata-kata dalam awan yakni "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia". Di sini, oleh Thomas Aquinas; transfigurasi erat kaitannya denga Tritunggal yakni Bapa di dalam suara rupa, Putera di dalam diri manusia Yesus dan Roh Kudus di dalam rupa awan yang bersinar.  

Semua ini, ada kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab yang harus digenapi Yesus di Yerusalem. Tugas dan tanggung jawab itu ialah, Ia harus menderita di Kayu Salib demi keselamatan umat manusia.

Agaknya kontras antara transfigurasi dan Yerusalem. Di atas gunung, Yesus dimuliakan, di Yerusalem, Yesus menderita di Salib. Kedua ekstrim ini jelas menunjuk pada kemanusiaan Yesus dan KeAllahan Yesus. Dengan dua ekstrim ini, kiranya benar adanya ungkapan iman; tiada Kemuliaan tanpa Salib; tiada Paskah tanpa Jumat Agung.   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline