Perkembangan akademik generasi milenial sedang dalam suatu giat yang besar yakni seruan tentang semangat literasi. ada begitu banyak arti dan komentar tentang literasi. Untuk menghayati dan merayakan literasi pun, ada banyak cara. Ada begitu banyak momen yang dengan lantangnya dinamakan literasi. Apapun itu, dan sejumlah mana banyaknya, bagi saya, literasi berarti membaca, berdiskusi dan menulis.
Dengan membaca, semangat literasi mendapat basisnya. Dengan berdiskusi dan menulis, semangat literasi mendapat aspek publisitasnya. Literasi erat kaitannya dengan literatur. Literatur berarti buku. Bagi saya, seseorang dapat disebut pegiat literasi kalau ia selalu membaca, menulis dan berdiskusi untuk saling berbagi. Tak kalah pentingnya juga keterlibatan untuk turut memberi andil dalam dunia literasi melalui seminar-seminar ilmiah.
Dari antara semuanya, menurut saya yang paling penting dari semangat literasi adalah menulis. Kita boleh membaca, kita boleh berdiskusi, kita boleh berseminar tetapi tidak boleh lupa menulis. Sebab membaca selalu mengandaikan sudah ada karya tulis atau karya literatur terlebih dahulu.
Semangat literasi yang hanya berfokus pada membaca dan berdiskusi, pada sisi tertentu justru lemah aspek relasional dan aspek publisitas. Untuk menulis, memang dibutuhkan literatur untuk dibaca dan diskusi untuk saling memperkaya. Tetapi semangat literasi akan egois kalau hanya dengan membaca dan berdiskusi sebab generasi yang lain dalam ruang lingkup yang lebih luas belum terbantu seluruhnya dengan cara kita membaca dan berdiskusi.
Dengan ini, maka munculah apa yang dinamakan kebijaksanaan literatif, yang berfokus pada semangat membaca, berdikusi dan menulis. Dalam arti ini, seorang pegiat literasi berarti ia yang rajin membaca, kemudian berbagi dengan berdiskusi dan menulis entah secara tatap muka maupun melalui berbagai media massa (media cetak dan media online). Atas cara ini, dari aspek kuantitas muncul aspek kualitas bahwa semakin banyak kita berbagi, semakin banyak kita berdiskusi, semakin banyak kita menulis, kita saling memperkaya.
Hanya orang-orang yang berdiskusi dan menulislah yang mereka dapat diberi catatan kritis karena pikiran mereka dicermati dan tulisan mereka dibaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H