Lihat ke Halaman Asli

Yudel Neno

Penenun Huruf

Antara Cemas dan Solusi

Diperbarui: 1 November 2018   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

olahan gambar pribadi

Bukanlah kesulitan yang membuat kita cemas tetapi  kecemasanlah yang membuat kita sulit 

Merupakan suatu kebanggaan tersendiri ketika saya dipercayakan menjadi pemandu wisata terhadap beberapa kompasianer yang hendak melakukan hiking ke hutan konservasi yakni Fred, Anggi, Lukman, Kanaya, Prita, Kevin dan Her.

Saya tahu, ketujuh orang ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Dari segala perbedaan ini, kami bersatu menuju tujuan yang sama yakni hendak melakukan hiking ke sebuah hutan konservasi dengan jarak tempuh 35 km. Kami solid walaupun alat transportasi yang digunakan hanyalah sebuah minibus tua.

Kami pun berkomitmen bersama dengan semboyan together we are one ; bersama kita satu, menuju tujuan yang sama, dari berangkat hingga kembali.

Perjalanan kami tempuh dengan gembira. Si pengemudi (Her) mengemudi dengan begitu tenang karena itu kami merasa nyaman. Lebih menyenangkan lagi sosok si Anggi, yang selalu mengupload foto-foto kami di media instagramnya. Saya perhatikan, Anggi adalah sosok yang menarik karena ia selalu menuliskan kata-kata inspiratifnya ketika terpesona dengan indahnya alam.

Sebagai pemandu, saya juga bergembira karena merasakan situasi persaudaraan dan kekeluargaan khususnya dari Lukman, Prita dan Kevin. Lukman selalu memberi perhatian yang lebih kepada Prita, istrinya dan Kevin anaknya. Hal ini wajar, maklumlah hubungan mereka lebih dekat. Kanaya, walaupun dibayar oleh Anggi, ia kelihatan bergembira karena indahnya pemandangan hutan yang berwarna-warni. Tak kalah juga si Fred, sosok yang biasa bekerja di hutan, yang kelihatan begitu betahnya ketika berada di tengah-tengah hutan.

Dalam perjanalan itu, saya selalu berusaha meyakinkan mereka, kalau hutan adalah sahabat yang harus dilindungi karena dari hutanlah sumber air melimpah dan dari hutan pula kita mendapatkan udara segar dan sejuk. Di tempat ini juga kami menemukan berbagai tumbuhan dan pohon yang langkah adanya. Dari antara mereka, saya perhatikan, ada yang kagum karena melihat situasi yang berbeda.

Tepat pukul 17.00 WITA kami bergegas kembali ke tempat penginapan. Para penumpang tampaknya mulai lelah karena ayunan mobil minibus tua akibat melewati jalan yang berliku-liku. Baru saja berjalan empat kilometer, minibus tua mengalami gangguan mesin yang disinyalir disebabkan oleh boconya air radiator. Waktu menujukkan pukul 17.30 WITA. Perjalanan belum apa-apa, lagipula masih di tengah hutan. Jarak yang harus kami tempuh, masih 31 kilometer lagi.

Sebagai pemandu wisata, berhadapan dengan situasi seperti ini, saya tetap optimis. Hemat saya, berhadapan dengan situasi seperti ini, saya tidak perlu cemas.

Pemikiran yang sama pun saya sampaikan kepada mereka. Menurut filosofi kata-kata bijak ; bukanlah kesulitan yang membuat kita cemas melainkan kecemasanlah yang membuat kita sulit. Mereka kelihatan sangat optimis, maklumlah rusaknya mobil tidak masuk dalam rencana perjalan kami.

Saya berusaha menghubungi rekan-rekan saya di penginapan dan salah satu rekan saya bersedia menyanggupi permintaan saya. Ia datang dengan mobil sedannya dengan daya tampung empat orang. Saya juga meminta dia agar ia dapat membawakan makanan sekucupnya beserta dengan alat penerangan. Saya juga menghubungi penjaga pintu hutan konservasi yang memiliki sebuah motor dan ia bersedia datang ke tempat kami membawa pula dengan alat penerangan berupa senter dan pemantik.  30 menit kemudian, si pengendara motor pun tiba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline