Lihat ke Halaman Asli

Yudel Neno

Penenun Huruf

Manusia Adalah Aku yang Berkarakter

Diperbarui: 12 Januari 2017   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penulis ketika menyiapkan tulisan ini, banyak waktu tersita untuk merefleksikan apa sebenarnya arti karakter secara tepat. Penulis akhirnya masuk pada suatu permenungan dalam rupa pengandaian-pengandaian. Pengandaian A : Jika siswa tidak jujur, ia tidak berkarakter karena ia tidak mengatakan yang sebenarnya.  Pengandaian B : Jika siswa tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, ia tidak berkarakter karena ia tidak mampu dan tidak tuntas dalam mengerjakan tugas. 

Pengandaian C: Jika siswa mencuri atau lebih tepatnya dengan sengaja mengambil barang milik temannya tanpa informasi sebelumnya, ia tidak berkarakter karena ia tidak menghargai temannya dan ia tidak menghargai barang milik temannya. Pengandaian D : Jika siswa mencaci maki atau memukul temannya, ia tidak berkarakter karena ia tidak menghargai temannya sebagaimana ia menghargai dirinya sendiri. Terhadap pengandaian-pengandaian ini, kita bisa bertanya apa sebenarnya arti karakter.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mendefenisikan karakter sebagai tabiat atau kelakuan atau akhlak. Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan yang membedakan seseorang dengan yang lain. Konsep tentang membedakan seseorang dengan yang lain inilah yang kemudian disebut dengan berkarakter berarti berkepribadian. Pribadi mengacu pada diri seorang manusia yang unik pada dirinya sendiri dan sekaligus membedakan dirinya dengan diri orang lain. 

Disebut pribadi yang berbeda karena manusia melalui cipta (akal budi), rasa (perasaan) dan karsa (kehendak bebas), ia berbeda dengan manusia lainnya, dan sekaligus dengan ketiga unsur jiwa itu, dapat membedakan manusia dari hewan dan tumbuhan. Maka dapat dibenarkan jika KBBI mendefenisikan karakter sebagai sifat-sifat kejiwaan manusia. Yang dimaksudkan dengan jiwa manusia meliputi unsur-unsurnya yakni akal budi (cipta), kesadaran, rasa (perasaan), kehendak bebas (karsa). 

Unsur-unsur ini hanya dimiliki oleh manusia maka pembicaraan tentang karakter hanya dapat dikenakan kepada manusia, tidak kepada kepada hewan dan tumbuhan. Kita tidak dapat mengatakan kepada seekor anjing bahwa si anjing tidak berkarakter karena lewat tidak mengucapkan selamat pagi kepada kita. Kita tidak dapat mengatakan kepada sebatang pohon bahwa pohon itu tidak berkarakter karena tersebab arus derasnya angin badai, pohon itu jatuh dan menindih sebuah rumah yang indah.

Dengan demikian kita paham bahwa karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan manusia yang ditampakkan melalui perilaku badaniah manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perilaku ini, jiwa manusia melebur dalam badan dan tampak menjadi suatu perilaku yang bisa dilihat, dirasakan dan dapat diberi penilaian. Maka karakter mengandaikan adanya manusia sebagai aku yang men-jiwa dan aku yang mem-badan.

SIAPAKAH MANUSIA

Manusia adalah pertanyaan terbesar dan Tuhan adalah jawaban terbesar. Ketika kita mengatakan bahwa Tuhan adalah jawaban terbesar, kita mengakui bahwa kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang unik dan isitimewah karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1: 27). Ketika kita bertanya darimana badan kita, Tuhan menjawab : Aku membentuk engkau dari debu tanah. Ketika kita bertanya darimana nafas kehidupan kita, Tuhan menjawab: Akulah yang telah menghembuskan nafas kehidupan bagimu, dan karena itulah engkau akan disebut sebagai makhluk hidup. (Kej. 2:7). Ketika kita bertanya tentang darimana akal budi kita,  

Allah menjawab: taklukkanlah dan berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi (Kej.1:25.28). Berkuasa berarti kepada kita dikaruniakan kemampuan untuk menguasai alam dan dunia dengan cara melestarikan, melindungi dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kita. Dan kemampuan itulah yang disebut sebagai akal budi. Ketika kita bertanya tentang dari mana kehendak bebas kita, Allah menjawab : Aku telah memberikan kebebasan kepadamu untuk beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah muka bumi dan taklukkanlah itu (Kej.1:28). Ketika kita bertanya tentang darimana perasaan kita, Allah menjawab : Aku telah memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu (Kej.1:30) supaya dengan itu engkau merasa memilikinya sebagai bagian dari dirimu.

Penafsiran yang menarik ini mengantar kita untuk mengkaji tentang manusia dari bidang ilmu filsafat manusia. Siapakah manusia?

Manusia adalah aku yang mem-badan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline