Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan bagi seorang ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka system genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim selama proses kehamilan, salah satu masalah yang sering terjadi yaitu mual dan muntah pada pagi hari morningsickness (Adellia et al., 2024).
Morning sickness merupakan keluhan mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil yang wajar terjadi pada trimester 1 rata-rata wanita hamil mengalami morning morning sickness pada minggu ke 4 atau ke 6 setelah menstruasi terakhir. Adapun beberapa faktor predisposisi antara lain, status gravidarum, faktor organik, faktor psikologi, faktor endokrin dan ketidakseimbangan hormon selama kehamilan (Adellia et al., 2024).
Hiperemesis gravidarum, yang terjadi saat wanita hamil mengalami mual dan muntah terus-menerus, dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi dirinya dan bayinya yang belum lahir. (Ivon, 2015), menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami morning sickness rata-rata mengalami penurunan berat badan sebesar 3,2 kg. Morning sickness disebabkan oleh terjadinya perubahan hormon pada seorang wanita hamil, yaitu hormon progesteron dan esterogen sehingga tubuh wanita mengalami sejumlah perubahan fisiologis (Romauli, 2023).
Di Amerika Serikat dan Kanada sekitar 400.000 dan 350.000 wanita hamil mengalami kejadian mual dan muntah setiap tahunnya. Di Indonesia wanita hamil sebanyak 66% pada trimester pertama mengalami mual dan gejala yang sering terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida, namun sekitar 12 % ibu hamil masih mengalami mual muntah hingga sampai usia kehamilan sembilan bulan. Di Jawa Timur terdapat 69,2% wanita hamil yang mengalami mual dan muntah dan 30,8% tidak mengalami mual dan muntah selama masa kehamilan (Depkes RI, 2014) (Yonni Siwi, 2019).
Adapun penatalaksanaann morning sickness dengan memberikan Self Management Education Menghadapi Emesis Gravidarum, dengan tujuan mengurangi faktor psikologi terhadap rasa takut dan mengubah pola makan sehari- hari. Morning sickness akan bertambah buruk jika kelelahan, dianjurkan untuk meningkatkan waktu istirahat dan luangkan waktu untuk tidur beberapa saat pada siang hari (Adellia et al., 2024).
Adapun intervensi nonfarmakologi yang bisa perawat berikan untuk Penanggulangan mual muntah selama kehamilan. Salah satu terapi non falrmalkologinya yalitu menggunakan aromaterapi jahe. Aromaterapi adalah praktik penyembuhan yang memanfaatkan ekstrak minyak murni atau minyak esensial untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional (Sari, 2016).
Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruasruas tengah. Jahe sebagai bahan baku obat dengan rasanya yang panas dan pedas, telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit salah satunya adalah untuk mengatasi mual muntah (Kurnia, 2019).
aromaterapi jahe ini lebih efektif dalam menurunkan mual muntah pada ibu hamil. Kandungan minyak atsiri yang mampu menjadi penghalang serotonin, yaitu suatu neurotransmitter sistem saraf pusat dan sel-sel enterokromafin dalam saluran pencernaan dengan menghambat induksi Human Chorionic Gonadotropin ke lambung yaitu sebuah senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi sehingga rasa mua dan muntah berkurang(Romauli, 2023).
KESIMPULAN
Kehamilan mempengaruhi perubahan pada sistem genitalia wanita dan bisa menyebabkan morning sickness, yaitu keluhan mual dan muntah berlebihan pada trimester pertama kehamilan. Morning sickness disebabkan oleh perubahan hormon seperti progesteron dan estrogen.
Hiperemesis gravidarum, yang merupakan kondisi mual dan muntah parah, dapat berdampak serius bagi ibu hamil dan bayi yang belum lahir. Penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan morning sickness dapat mengalami penurunan berat badan.