Lihat ke Halaman Asli

Frenda Araya

Mahasiswa Institut Seni Indonesia Surakarta

Penayangan Film "Kakuih" Pada Acara Sinema Akhir Tahun ke-8 di Institut Seni Indonesia Surakarta

Diperbarui: 12 November 2023   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Jumat (09/11) hari pertama Main Event Sinema Akhir Tahun ke-8 telah banyak mengundang banyak filmmaker dari seluruh Indonesia. Program “Layar’e Cah ISI Solo” menjadi program pembuka untuk Main Event Sinema Akhir Tahun ke-8 ini. Program ini menayangkan film Sae Nopo Awon, Kakuih, Rembug Pocong; Aku Ingin Tinggal Dengan Tenang, RE-CHECK, Trashtalk. Dalam program pembuka pada hari pertama ini memiliki cukup banyak penonton.

Sinopsis film “Kakuih”  

“Tebong (42), seorang kepala keluarga yang terpaksa meninggalkan keluarganya untuk merantau mencari uang di Pulau Jawa. Suatu sore saat sedang minum-minum untuk menghilangkan setres, ia dihadapkan pada panggilan telepon dari istrinya yang ingin bercerai karena tekanan kondisi ekonomi. Kekecewaan dan kemarahan Tebong memuncak hingga ia melemparkan ponselnya dan mendarat di jamban di pinggir sungai. Karena pengaruh alkohol dan emosi yang meluap-luap, Tebong berjalan menuju jamban untuk buang air besar sambil mencari ponselnya. Namun, tak disangka usahanya justru mempertemukan Tebong dengan Arif (25), pria Minang perantauan yang juga bernasib malang. Mereka berbagi cerita besama, jongkok bersama, dan buang air besar bersama.

Film “Kakuih” yang disutradari oleh Rifki Aditya yang kerap dipanggil “Adit” ini berhasil membuat para penonton dengan cerita dan visual di film nya. Dengan cerita yang lumayan menarik dan cukup berbeda dari film biasanya, film kakuih ini memang cocok untuk ditayangkan pada program opening “Layar’e Cah ISI Solo” mengingat film ini belum pernah ditayangkan dimanapun. Adit mengatakan ide cerita dari film ini adalah tentang curhatan dia tentang persepsi bahwa laki-laki tidak boleh berkeluh kesah tentang kehidupannya dan tentang laki-laki tidak bisa curhat secara lebih serius antar sesama laki-laki. Adit mengatakan bahwa ia cukup lumayan egois dalam pembuatan naskah cerita, namun pada saat proses produksi dilaksanakan, ia cukup fleksibel dengan segala aspek teknis dikarenakan ia baru pertama kali menjadi sutradara.

Tim Dokumentasi Sinema Akhir Tahun 8

Adit mengatakan tentang kesulitan dalam pembuatan film ini adalah ia sering blunder dikarenakan ini adalah debut pertama ia menjadi sutradara, juga kesulitan pada safety di teknis dikarenakan tempatnya adalah diatas jamban yang dibawahnya adalah air dari waduk dan juga pada saat itu adalah musim hujan. Dan juga ia mengatakan bahwa ia kesusahan untuk pencarian tempat yang sesuai.

Tanggapan Rifki Aditya tentang Sinema Akhir Tahun ke-8 adalah ia merasa bahwa SAT pada tahun ini sangat bagus dan berkembang, dan juga banyak program yang bertambah dari tahun-tahun sebelumnya. Ia juga memberi harapan untuk SAT pada tahun yang akan mendatang nantinya bisa menjadi Festival Film Internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline