Ningsih hanya terdiam sambil memperhatikan cicak yang berkejaran di rumah sebrang. Dia teringat kata-kata temannya kemarin sore waktu Ningsih mengantar dia belanja untuk persiapannya berangkat ke kota minggu depan. " Geus tong selang difikaran, hayu wee milu jeung urang kaditu..ke gampang neangan gawe mah, cicing we diurang heula nya" - ( sudah,ga usah difikir, udah ikut aja sama aku kesana..tar gampang nyari kerja, tinggal sama aku aja tar dulu ya ) -.
"Niiiiinnggg...nniinngg...ini atuh bantuin Emak disini, tong ngelamun ajaaahh...bentar lagih pesanan kue nya mau diambil Bu Kuwu"
"Iya mak..sebentar Ning kesana, lagi bebersih heula disini, banyak sampah na".
Ningsih bergegas ke belakang menemui Emaknya yang sibuk membungkus kue dan jajanan pasar lainnya kedalam wadah plastik. Emaknta Ningsih memang berjualan kue-kue dan kue jajan pasar, dititip diwarung atau pesanan dari warga sekitar. Abah Ningsih cuma seorang penjaga SD di kampung mereka, sambil sesekali mengurus kebun mereka yang tidak jauh dari rumah mereka yang berada agak dipinggir desa, serta mempunyai sepetak sawah yang tidak selalu menguntungkan setiap panennya, namun semua itu cukup untuk menghidupi Ningsih dan Bayu adiknya yang masih kelas 5 SD.
Setamat SMA, Ningsih berniat melanjutkan kuliah, namun apa daya, biaya yang tidak mencukupi, sehingga Ningsih hanya cukup sampai SMA. Kehidupan di desa di daerah pantai selatan sangat jauh dari harapan Ningsih yang ingin merasakan kemajuan zaman. Banyak kawan-kawan seangkatan yang pergi merantau, begitupun Ningsih yang ingin merantau, namun Emak sama Abah tidak mengijinkan. Hampir terpupus dari angannya, kalau saja minggu kemarin Ningsih tidak bertemu dengan Tina ,kawan sekolah SMP nya dulu. Tina tadinya kerja di kampung sebelah sebagai cleaning service di sebuah Hotel melati di kampung sebelah yang kebetulan tempat wisata pantai didaerah situ. Dan Tina ditawarin kerja di kota sama tamu bule langganan Hotel tempat dia bekerja yang sudah kenal lama sama Tina, semua untuk akomodasi dan kerjaan ditanggung sama si tamu tersebut, karena dia suka dan tertarik sama kerja Tina yang cekatan dan mau belajar bahsa Inggris walaupun terbatas. Singkat kata, waktu Tina pulang kampung untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatannya, dia bertemu Ningsih yang sedang berjalan pulang dari pasar desa. Karena mereka memang lama tidak bertemu sejak lulus SMP. mengalirlah berbagai cerita dari keduanya, Ningsih yang ingin merantau ke kota dan Tina yang sedang bersiap-siap merantau.
" geus laaah, isuk panggih deui nya,cuang ngadongeng deui nyaaa... nu penting ceuk urang mah, hayu milu jeung urang ka kota, ek naon cicing wae didieu, ga bakal maju-maju Ning"- ( udah..besok kita ketemu lagi yaa, kita bercerita lagi..yang penting kata aku sih, ikut aja k kota, ngapain tinggal disini terus, ga bakal maju kamu Ning )-.
" kumaha atuh nya Tina, da urang sieun ku Emak jeung Abah..dulu pernah bilang mau ke kota, kalah aku teh dimarahin habis-habisan, cenah mah kamu ke kota mau ngapain?biar jauh dari pengawasan Emak sama Abah?bingung aaahhh urang mah Tin" -( gimana ya Tina, aku takut sama Abah Emak, dulu pernah bilang mau ke kota, yang ada dimarahin habis-habisana , kata mereka mau ngapain kamu k kota?biar jauh dari pengawasan emak sama Abah?jadi bingun Tin...)-.
Akhirnya setelah berbasa-basi sebentar, mereka berpisah dan berjanji besok akan bertemu lagi.
Entah percakapan apa yang terjadi antara Ningsih dan Tina, sepulang dari mengantar Tina belanja dari pasar, Ningsih terlihat buru-buru masuk kamarnya, dan membuka lemari dengan tergesa-gesa dan mengambil celengan dan memecahkannya, setelah dihitung mencapai sekitar Rp.600.000,-. Bergegas Ningsih memasukan uang tersebut ke dalam dompet nya dan keluar dari kamarnya setelah membersihkan bekas pecahan celengannya.
Beberapa hari sebelum keberangkatan Tina, Ningsih terlihat wira wiri ke rumah Tina sambil membawa keresek, waktu ditanya Emak atau Abahnya,Ningsih cuma bilang kalo itu barang pesenan temannya.
Sudah 3 hari sejak keberangkatan Tina ke kota, Ningsih menghilang dari kampungnya, Abah Emak dan adiknya sibuk kesana kemari mencari sampai ke rumah Tina untuk mencari Ningsih, namun nihil, Ningsih bak hilang ditelan bumi. Keluarga Ningsih blum melapor ke Polisi, dikarena kan akses dan jarak yang lumayan jauh ke kantor polisi, bahkan alat komunikasi pun belum sampai ke desa itu, alhasil kaluarga Ningsih hanya sempat memberitahu ke keamanan setempat. Keluarga hanya berharap dengan cemas akan keberadaan Ningsh dan berdoa semoga Ningsih baik-baik saja dimanapun berada.