Lihat ke Halaman Asli

auliya zulfa

mahasiswa

Pengenalan Budaya Osing

Diperbarui: 14 Juli 2023   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi acara

Perguruan tinggi dituntut untuk menerapkan Tri Dharma perguruan tinggi, yang terdiri dari pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Berbagai bentuk kegiatan belajar di luar perguruan tinggi salah satunya adalah kegiatan magang atau praktik. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan yang terkait dengan Tri Dharma perguruan tinggi yang masuk dalam kategori penelitian. Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk pertama kalinya mengadakan kunjungan ke Wisata Rumah Adat Banyuwangi atau bisa dikenal dengan Wisata Osing, yang bertepatan di Desa Kemiren Kecamatan Gelagah Kabupaten Banyuwangi. 

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Kamis, 13 Juli 2023 bersama dengan anak-anak Yayasan Matahari Banyuwangi yang berjumlah enam orang. Tujuan diadakannya kunjungan ini adalah untuk mengenalkan budaya daerah khususnya rumah adat kemiren di desa kemiren Banyuwangi kepada ABK yang saat ini sudah semakin jarang dipelajari, sekaligus sebagai sarana pembelajaran outdoor. Kegiatan dimulai dengan pengenalan budaya lokal banyuwangi oleh bapak Tahrim sebagai narasumber sekaligus kepala adat budaya desa Kemiren berupa sejarah rumah adat yang mulai dilestarikan kembali pada tahun 2007. 

Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Timur. Suku banyuwangi disebut Suku Osing. Mengapa demikian? karena pada masa penjajahan Belanda banyak sekali pendatang yang berasal dari luar banyuwangi. Oleh sebab itu dinamakan Suku Osing, yang artinya asing. Suku Osing atau Using Banyuwangi, seperti halnya suku lainnya, memiliki warisan budaya dan karakternya sendiri.

Latar belakang adanya wisata Osing di banyuwangi adalah karena masyarakat daerah setempat memiliki tradisi untuk melestarikan kebudayaan banyuwangi yang kini mulai pudar. Suku Osing memiliki kebudayaan yang sedikit banyak berbeda dengan Suku lainnya yang menandakan ciri khas dari banyuwangi itu sendiri. Antara lain bahasa yang digunakan adalah bahasa Osing, adat-istiadat daerah setemoat, tradisi, dan pola arsitektur di dalamnya. Salah satu warisan arsitektur suku Osing Banyuwangi adalah rumah adat Osing. Rumah Adat Osing merupakan rumah dari bambu dan kayu. Kayu yang digunakan biasanya kayu bento dan kayu cempaka yang sangat kuat dan mudah ditemukan di kerajaan Banyuwangi pada masa itu. 

Berdasarkan penuturan pak Tahrim bahwa rumah adat Osing ini memiliki berbagai macam bentuk dan mempunyai makna tersendiri. Menurut bentuk atapnya, rumah adat Osing terbagi menjadi tiga, yaitu cerobong asap, tikel balung, dan baresan. Cerocogan adalah rumah Osing beratap dan dihuni oleh keluarga berpenghasilan rendah. Yang memiliki makna akan tercapainya cita-cita. Baresan adalah rumah Osing yang beratap tiga sehingga terdapat ruangan tambahan di sisi kanan atau kiri. Rumah Osing ditempati oleh keluarga kelas menengah. Yang memiliki makna semua urusan akan terselesaikan. Sedangkan rumah Osing tikel balung memiliki empat sisi atap sehingga lebih luas di sisi kanan dan kiri rumah. Rumah Tikel Balung sering dihuni oleh keluarga kaya dan terpandang. Yang memiliki makna rezekinya semakin lancar. 

Ada kalimat terakhir yang beliau katakan 3 prinsip hidup di usia muda yaitu ilmu, iman, keterampilan. jika ketiga prinsip tersebut dapat dimiliki, maka hidup seseorang akan terjamin. sehingga beliau menitipkan pesan terkait 3 prinsip tersebut, agar anak muda dapat melatih serta meningkatkan kualitas hidupnya baik untuk diri sendiri maupun di masyarakat. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline