Lihat ke Halaman Asli

Bukan Kader dan Tidak Kenal

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan kader - demikian jawab sang petinggi partai. Jawaban diberikan dengan cepat, hingga terkesan otomatis. Aku yang menonton lewat layar kaca jadi garuk-garuk kepala. Jadi kalau seseorang kena kasus atau gagal, dikatakan bukan kader. Sementara yang menang Pilkada, mendadak namanya sering disebut-sebut dan disanjung-sanjung seolah kader partainya. Padahal statusnya sama, bukan kader.

Tidak kenal - juga jadi jawaban petinggi partai ketika disodorkan nama seseorang yang terlibat korupsi. Ketika disodorkan foto saat duduk bersama di suatu tempat, jawaban berubah. Cuma kenal muka saja kok. Gak gaul juga nih si bapak - pikirku dalam hati. Naik pesawat bareng, naik mobil bareng, hotel bareng (untung gak seranjang), main bareng - masa gak kenalan.

Ada juga menteri yang sangat rajin. Mengurus pekerjaan sampai jam 1 pagi. Sangat merakyat, karena mau main ke rumah rakyat. Juga akomodatif, mau mendengar usulan rakyat soal siapa yang layak jadi pejabat di kementeriannya. Sayang, hingga kini belum jelas siapa menteri yang dimaksud. Padahal dia calon pesaing berat Jokowi.

Eh terakhir ada bukan kader yang ternyata mengurusi uang mahar partai. Jumlahnya juga banyak, 8 milyar. Diterima via transfer dan tunai. Katanya yang memberi tanggung jawab adalah Presiden dan Sekjen partai. Sekjen itu bukannya yang sekarang jadi Presiden - tanya seorang kawan. Siapa ? Tidak kenal tuh - jawabku.

Selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline