Lihat ke Halaman Asli

Asketis

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nada nada mengalun harmoni,
Riuh rendah gegap gempita menghening,

Manusia manusia berwajah dewa

berhati binatang saling bertukar makian,
Kejujuran hanyalah cerita khayalan,

Yang basah menjadi kering,

Yang kering menjadi basah,
Api menjelma menjadi air,

Racun telah semanis madu,

Mereka yang melemparkan bongkahan emas

pada gerombolan sapi, kembali terluka...
Hati... Hatiku...

Demi Tuhan hatiku !!!

jalan ini adalah penyembunyian,

Mereka yang tahu memilih diam, menunggu...

Kontemplasi dalam sepi

merasai Ilahi pemilik hati,

larut dalam ekstase cinta tanpa maujud...

Diam bersembunyi,

perlahan memintal sayap perak mentari,

hening menuju bening...

Terbang... terbang merentang sayap

memeluk birunya langit,

jangan hiraukan makian binatang

yang bersembunyi dalam tubuh manusianya,
Terbanglah... lebih tinggi,

lalu tersenyumlah

saat memandang wajah-Nya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline