Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mudik itu Perihal Rindu, tapi Bagaimana dengan Rindunya Perantau yang Pulkam, Namun Tidak Ada Orangtua?

Diperbarui: 4 April 2024   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arus mudik Lebaran 2024. Mudik adalah saat yang tepat untuk menyatukan kerinduan dengan keluarga tercinta di kampung halaman. Sumber/gambar: BantenNew

Setiap tahun kita merayakan momen liburan bersama dengan keluarga di kampung halaman. Akan tetapi, kerinduan itu bagaikan kepingan kaca, terutama bagi mereka yang sudah lama kehilangan orangtua.

Memang, segala sesuatu di bawah langit pasti ada waktu dan massanya. Itulah teologi Kristen (Katolik dan Protestan).

Demikian pula, aliran kepercayaan lainnya, tentu saja memiliki filosofi semakna.

Meskipun berbeda kalimat, namun semuanya bermuara pada kerinduan.

Kerinduan perantau akan termanifestasi pada kehadiran orang tuanya di kampung halaman.

Lain kisah dan pemaknaan bagi perantau yang sudah lama kehilangan orang tuanya. Entah karena peristiwa kematian, bencana alam, dan berbagai faktor sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya.

Mereka (para perantau) akan lebih senang mudik ke kampung halamannya, bila kedua orang tuanya masih ada.

Karena cinta dan kerinduan yang sudah lama terpisah oleh jarak dan waktu, akhirnya dipersatukan dengan momen libur lebaran.

Sayangnya, liburan mudik perantau yang sudah tidak memiliki orang tua lagi, sama halnya menikmati makanan di pinggir pantai atau Padang Savana dengan desiran angin sepoi-sepoi, tapi tidak pernah merasakan momen tersebut, alias hambar 

Berjuta warna kerinduan, kian tersebar di penjuru dunia. Karena mudik lebaran kian mendekati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline