Saat ini, kita semua mengeluhkan panasnya suhu bumi, akibat ulah manusia sendiri. Apalagi warga DKI Jakarta dan sekitarnya. Memang setiap tindakan akan kembali pada kita pelakunya, atau istilahnya apa yang komunikator ciptakan, pada waktunya ia sendiri yang menuai hasilnya, entah baik atau buruk, itulah konsekuensinya.
Hukum kausalitas atau sebab - akibat tak bisa dipisahkan dari keseharian kita. Terkadang hal remeh temeh yang kita jumpai, alami, lakukan, dan rasakan dampaknya, membawa kita pada permenungan yang makin mendalam, terutama pencarian jalan keluar/solusi dari tindakan kita sendiri.
Perihal tindakan, hidup di tengah kota metropolitan, segalanya tak mungkin berjalan, bila tak ada listrik.
Lebih spesifiknya adalah tempat tinggal kita, baik itu rumah pribadi, apartemen, kontrakan, dan lain sebagainya pasti membutuhkan sumber daya listrik.
Penggunaan energi listrik berlebihan juga tidak baik untuk panas bumi.
Dikutip dari https://smkn4bdg.sch.id, dampak buruk dari penggunaan energi listrik yang berlebihan adalah terjadinya peningkatan suhu global, akibat panasnya energi listrik yang terlalu lama digunakan atau penggunaannya melebihi batas.
Pemborosan energi listrik juga dapat menyebabkan kemungkinan cuaca ekstrim di wilayah tertentu.
Menakar panasnya kota Jakarta dan sekitarnya belakangan ini, tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor.
Namun, kemungkinan besar adalah penggunaan energi listrik yang berlebihan.
Konkretnya adalah pengalaman kita dalam menggunakan energi listrik untuk charger hp, colokan buat kulkas, AC, speaker, dinamo air, rice cooker, dispenser, tv, kipas angin, tidak mematikan lampu, jika tidak menggunakannya lagi, dll.