Gaya politik tingkat tinggi dari presiden Joko Widodo dalam diplomasi meja makan bersama dengan ketiga calon presiden 2024, sungguh menawarkan pemandangan demokrasi yang super adem di tengah kalang kabut atau pro dan kontra antar pendukung di jagat media sosial.
Sementara, dari kejauhan, para buzzer terus memainkan misi mereka dengan berbagai isu yang berpotensi pada logical fallacy.
Persoalan logical fallacy atau kesalahan penalaran dari para buzzer yang makin riuh di media sosial dan berbagai platform media digital saat ini, berdampak pada terbelahnya keharmonisan masyarakat Indonesia.
Jika kesalahan penalaran yang selama ini kencang dimainkan oleh para buzzer, dengan tujuan untuk mencapai misi tertentu dengan cara yang tidak benar.
Celakanya, kesalahan penalaran ini akan menjadi satu pemahaman yang dibenarkan oleh para pendukung fanatik dari ketiga capres di atas.
Mirisnya, bila pemahaman ini benar-benar berakar kuat dalam diri masyarakat, terutama generasi milenial dan z, masalahnya kian pelik, lho!
Bagaimana tidak, generasi Z akan mulai antipati terhadap demokrasi, lebih tepatnya pada partai politik yang menaungi ketiga capres 2024.
Hal ini pun senada dengan statment yang pernah dikatakan oleh Gibran Rakabuming Raka, yakni; sadar ataupun tidak, oknum-oknum yang telah menyebarkan logical fallacy akan memberikan stigma negatif bagi generasi z, yang notabene adalah pemilih di Pilpres 2024. (Sumber: talkshaw Gibran dan Rosi Silalahi, Kompas).
Beruntung, di tengah panasnya suhu perpolitikan tanah air jelang pilpres 2024, presiden Joko Widodo dengan segala kerendahan hati dan jiwa besarnya berhasil menyatukan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan dalam jamuan makan siang di istana merdeka sehari yang lalu.
Menilik dari channel Youtube Sekretariat Presiden kemarin 30 Oktober 2023, ketiga capres tampak senyum sumringah bersama dengan presiden Joko Widodo.