Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Keluar-Masuk Kampus karena Keterbatasan Finansial

Diperbarui: 12 Agustus 2022   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu dari sekian persoalan terbesar keluarga yang tidak mampu adalah biaya pendidikan anak-anaknya (Sumber gambar: Pexels)

Satu dari sekian persoalan terbesar keluarga yang tidak mampu adalah biaya pendidikan anak-anaknya.

Ya, begitulah yang saya alami. Berasal dari keluarga yang hidupnya pas-pasan di perbatasan RI - Timor Leste, tentunya saya punya mimpi yang besar untuk melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi.

Sayangnya, perekonomian orang tua saya tidak mendukung. Akibatnya, saya memilih untuk merantau ke pulau Jawa, dengan tujuan bekerja sambil kuliah.

Kesempatan itu saya dapatkan pada tahun 2014 silam. Di mana, saya memilih untuk melanjutkan studi di Seminari, tepatnya di kota Malang.

Alasan terbesar saya memilih untuk masuk Seminari adalah mendapatkan kesempatan yang lebih, layaknya anak-anak yang berasal dari keluarga berada.

Akan tetapi, saya tidak memanfaatkan peluang tersebut. Karena perihal perekonomian orang tua saya.

Belum lagi sibling rivalry atau perebutan kekayaan tanah dan apa pun di antara keluarga dari ayah ikut menghambat studi saya.

Sebagai jalan penengah, saya memutuskan untuk keluar dari Seminari Tinggi SVD Surya Wacana Malang.

Kebetulan waktu itu, setelah pendidikan karakter selama 3 tahun, saya pun memasuki dunia Perguruan Tinggi di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang.

Sebelum resign dari Perguruan Tinggi swasta tersebut, ada banyak discermen atau jalan perefleksian dari saya maupun masukan yang berharga dari para Formator (Pendamping Calon Imam Katolik).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline