Ukraina belum lama merasakan ketenangan dari ancaman invasi militer Rusia. Hari ini, warga Ukraina Timur diporak-porandakan oleh tembakan artileri dari pemberontak yang didukung oleh Rusia di wilayah Donetsk.
Donetsk saat ini dikuasai oleh pasukan pemberontak. Berkat sokongan senjata dari Rusia, pasukan pemberontak itu sudah menguasai wilayah itu hampir delapan tahun.
Delapan tahun bukanlah waktu yang mudah bagi warga Ukraina Timur. Karena mereka telah menderita tekanan sosial, budaya, ekonomi, politik, hiburan maupun psikologi dan lain sebagainya.
Lalu, langkah apa saja yang diambil oleh Ukraina untuk menyelamatkan warganya di wilayah Donetsk?
Dilansir dari British Broadcasting Corporation, ada tiga langkah yang diambil oleh Ukraina, yakni; Pemerintah Ukraina meminta warganya yang saat ini tinggal di Rusia untuk secepatnya meninggakan negara tersebut.
Kedua; Ukraina telah memobilisasi atau memindahkan cadangan militernya menuju ke perbatasan dengan Rusia, dan menetapkan negara itu sedang dalam masa darurat.
Baca Juga: Ukraina Bantah Opini AS terkait Serangan Rusia
Ketiga; Seorang menteri mengatakan kepada kantor berita Interfax-Ukraine bahwa layanan untuk beberapa lembaga Ukraina, termasuk kementerian kesehatan, keamanan dan luar negeri, dimatikan dalam serangan penolakan layanan (DDOS). Serangan semacam itu bertujuan untuk membanjiri situs web dengan membanjiri jaringan dengan lalu lintas palsu dan mencegahnya berkomunikasi secara normal.
Mengapa Ukraina melakukan hal demikian?
Karena saat ini, pasukan Rusia yang diperintahkan ke dua wilayah (Luhansk dan Donetsk) yang dikuasai pemberontak di Ukraina Timur, dilaporkan semakin mendekati perbatasan.
Selain itu, Ukraina juga was-was akan serangan cyber dari Rusia.
Berapa jumlah penduduk Ukraina yang tinggal di Rusia, dan berapa hari penetapan situasi darurat di Ukraina?
"Saat ini, Sekitar dua juta orang Ukraina tinggal secara permanen di Rusia dan satu hingga dua juta lainnya diperkirakan tinggal di sana sebagai pekerja migran" ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, seperti yang dilihat oleh penulis melalui laman British Broadcasting Corporation, Kamis (24/2/2022).