Hi sobat Kompasianer, sebagai mahasiswa terkadang kita berada pada situasi dilema untuk memutuskan sesuatu. Karena apa yang kita putuskan saat ini akan berdampak pada kehidupan kita di waktu yang akan datang.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk tetap bertahan dalam keadaan dilema? Tentu saja, untuk menjawab pertanyaan ini, izinkan saya untuk mengisahkan pengalaman saya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara dalam membangun komunikasi dengan salah satu Dosen yang terkenal dengan kesederhanaannya, yakni Pak Didi Pramisdi Winanto Saputro atau yang biasa dikenal oleh mahasiswa dengan sebutan Pak Didi.
Pak Didi adalah Dosen Bahasa Indonesia di Universitas Mercu Buana, Universitas Dian Nusantara, Universitas Tangerang Raya (Untara), dan beberapa Sekolah Menegah Atas DKI Jakarta.
Setiap hari ia menjalani aktivitas dengan padat sebagai praktisi pendidikan. Terkadang, saya dan rekan-rekan mahasiswa ingin mengetahui lebih jauh seputar manajemen waktunya. Karena, dengan jadwal yang padat tentu saja, ia pasti kewalahan juga. Akan tetapi, ia memiliki manajemen waktu yang sangat baik, komitmen, kejujuran, dan menjalani kehidupan dengan versi terbaik dirinya.
Sejuta Makna Dibalik Buku Toga Kehidupan
Sebagai Dosen, ia juga berprofesi sebagai MC (Master of Ceremony), Editor buku novel, dan juga pemateri Publik Speaking di berbagai acara.
Dosen sederhana yang gemar bersepeda ini menjadi idola mahasiswa di ketiga Universitas di atas.
Seiring dengan berjalannya waktu, ia berhasil menulis salah satu buku yang sangat inspiratif di dunia pendidikan, terutama bagi mahasiwa. Bukunya yang berjudul "TOGA KEHIDUPAN."
Siapa pun dari kita, tentunya pasti ingin melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Namun, sebagian dari kita tidak memiliki kesempatan tersebut. Karena satu dan lain alasan.
Secara umum, buku Toga Kehidupan berisikan pengalaman Pak Didi dalam memperjuangkan cita-citanya yang dibalut dengan keterbatasan dan keserhanaan hidup.