Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Hati-hati Spektrum Lithromantic di Sepak Bola Tanah Air

Diperbarui: 21 Januari 2022   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi litromantic suporter bola ddan pelatih. Sumber gambar; SindoNews

Remaja, suporter bola, mahasiswa, politikus, seniman, dan siapa pun pasti pernah berada pada fase lithromantic. Lithromaantic termasuk dalam spektrum aromantic, artinya setiap orang memiliki sense romantis. Di mana kita cenderung membayangkan hal-hal yang begitu hangat dan penuh dengan nuansa yang begitu romantis dalam kesendirian. Tetapi ketika kita berada bersama dengan pasangan atau orang yang kita kagumi, kita cenderung menghindar.

Seperti yang dikatakan oleh dr. Fajar Dwi Cahyo dari Alodokter bahwa, lithromantic membuat seseorang sulit untuk membangun komitmen dalam sebuah hubungan atau yang biasa kita kenal dan terpopuler di kalangan remaja saat ini adalah 'ghosting.'

Baca Juga: Elkan Batal Gabung Timnas, Persebaya Kehilangan 5 Pilar Utama di Liga 1 BRI


Hmm, mengulas ghosting tentunya hal ini menarik bagi remaja yang sedang dilanda bara asmara. Begitu pun suporter bola yang sementara merasakan perasaan lithromantic kepada pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-Yong, karena telah mengantarkan pasukan Garuda sebagai peraih 'fair play' dan 'runner up' di piala AFF Suzuki Cup 2020.

Apalagi saat ini, warganet ramai-ramai membuat hastag #Harunaout, gegara pernyataannya yang begitu tajam kepada Shin Tae-Yong terkait naturalisasi pemain.

Spektrum lithromantic ini akan perlahan-lahan hilang dari warganet, ketika STY salah jalan dan tidak memberikan gelar juara bagi timnas Indonesia di edisi yang akan datang. Maka, di situlah muncul ghosting. Bahkan lebih parahnya adalah logical fallacy akan bertebaran di jagad twitter, instagram, facebook, dan berbagai media sosial lainnya.

Warga Indonesia Belum Memahami Kritik

Kelasbicara

Kritik itu adalah sebuah seni untuk menjelajah, menciptakn, dan mendorong seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kritik yang diberikan oleh Haruna Soemitro kepada STY tentu saja baik, jika dikaji dari ilmu filsafat.

Namun, masalah yang kita hadapi saat ini adalah bangsa kita belum sepenuhnya memahami arti kritik itu sendiri. Sehingga di berbagai jagad media sosial pun warganet beramai-ramai menyerang Haruna dengan berbagai argumentatum hominem.

Baca Juga: Tantangan Revolusi Industri bagi Pekerja Akuntan dan Solusi Mengatasinya


Di sini saya bukan condong kepada Haruna, apalagi STY. Melainkan peran saya sebagai kaum awam adalah memberikan secuil masukan kepada warganet untuk melihat pernyataan dari Haruna sebagai perhatian dari Komite Eksekutif (Exco) PSSI kepada STY.

Karena Exco tentu saja menaruh harapan yang besar kepada kinerja STY. Namun, barangkali apa yang disampaikan oleh Haruna tidak tepat pada momentumnya.

Naturalisasi dan Bagaimana Karier Pemain Lokal

IndoSport

PSSI lebih memilih menaturalisasi pemain keturunan untuk memperkuat timnas. Tetapi, kita juga perlu melihat disposisi atau keadaan batin dari pemain lokal yang saat ini berjuang untuk mendapatkan tempat di era kepelatihan STY.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline