Modifikasi motor semakin berkembang mengikuti perubahan zaman. Berbicara tentang modifikasi motor, tentunya kita akan dihadapkan pada tiga masalah utama yakni; Gengsi, Hedonisme dan Propaganda Iklan.
Gengsi
Sebagai diaspora (perantau) yang berasal dari berbagai pelosok mana pun, kita memilih Jakarta sebagai destinasi pencarian kehidupan kita.
Cara hidup yang serba primitif dari kampung halaman, perlahan kita tinggalkan. Gegara adanya budaya gengsi.
Penyebab gengsi berawal dari lingkungan di mana kita tinggal. Contoh kasus: Si A berasal dari kampung pedalaman Timor, Nusa Tenggara Timur.
Selama di kampung halaman, memiliki motor adalah hal yang paling dibanggakan oleh dirinya, keluarga maupun lingkungan sekitar. Bisa jadi, dengan memiliki motor, si A otomotasi akan menaikan pamor atau statusnya di tengah kehidupan masyarakat.
Keuntungan lain memiliki motor di kampung halaman adalah bisa memudahkan siA untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang pekerjaan yang ia geluti.
Lalu, dua atau tiga tahun mendatang, Si A memilih untuk berlayar ke kota metropolitan Jakarta. Awalnya, ia menjalani kehidupan sebagaimana ia di kampung halaman.
Akan tetapi, setelah ia memasuki dunia kerja, ia mulai berhadapan dengan budaya baru. Bisa jadi, ia memasuki sindrom culture shock (gegar budaya).
Maka, yang perlu dilakukan oleh si A adalah beradaptasi. Hemat saya, si A mulai menjalani kehidupan normal bersama rekan kerjanya.
Suatu hari, ia bergabung dengan klub motor tertentu. Katakan klub motor Vario 125. Nah, di dalam klub motor itu, setiap anggota diwajibkan untuk mengikuti aturan main yang ada di dalamnya. Karena ini berdasarkan semangat dari klub motor tersebut.