Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Mengulik Sastra, Rasa dan Spiritualisme Kritis bersama Ayu Utami

Diperbarui: 11 Mei 2021   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengulik sastra,rasa dan spiritualisme kritis.Dokpri

Selasa,11/5/2021, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang menggelar webinar dengan tema "Sastra, Rasa dan Spiritualisme Kritis. 


Ayu Utami menggiring mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang, untuk lebih peka dan ambil bagian dalam pengungkapan rasa atas ketidakadilan yang terjadi di dalam kehidupan sosio-budaya-politik nusantara.


Ayu Utami adalah sosok penulis perempuan Indonesia yang dikenal dengan pendobrak kebudayaan. Ketika kita menelusuri jejak langkah dalam karya novelnya, di sana kita akan disuguhkan dengan bejibun kritisme.


Salah satu kritik yang Ayu Utami tonjolkan dalam karya novelnya adalah terkait martabat perempuan. Karena budaya patriarki dari zaman nenek moyang kita hingga sekarang masih kental dalam segala bidang kehidupan.


Melalui karya Sastra, Ayu Utami berani menyuarakan keadilan. Ayu Utami memilih untuk menulis, ketimbang berbicara hingga mulutnya berbusa-busa di ruang publik. Karena melalui tulisan, setiap orang akan tergugah hatinya.


Pesan apapun akan sampai kepada orang lain, bila kita memilih jalur tulisan. Sekadar saya mengutip ungkapan dari Napoleon Bonaparte,"Satu penyair bisa menghancurkan tatanan bangsa, ketimbang ribuan tentara di medan perang."


Lebih lanjut Ayu Utami mengulik sastra dari sudut pandang rasa dalam etika Jawa. Etika Jawa adalah etika keselarasan. Alat ukur keselarasan adalah rasa. Keselarasan adalah antara manusia (aku), alam fisik, alam gaib, dan keraton. Sumber Etika Jawa Magnis Suseno.


Sastra, Rasa dan Spiritualisme Kritis bercita rasa universal. Artinya Ayu Utami mengajak semua peserta webinar untuk kembali merajut keselarasan dengan alam ciptaan. Kehidupan kita tak pernah lepas dari keberadaan diri kita yang lain (Liyan). Baik sesama, alam ciptaan dan tradisi kepercayaan tradisional kita.


Tujuan dari kita menyeimbangkan antara sastra, rasa dan spiritualitasme kritis tak lain adalah bentuk kebebasan pers. Pers adalah sarana yang tepat untuk menyuarakan ketidakadilan, keresahan hati dan ketidakpuasaan dalam segala bidang kehidupan.


Sayangnya pemaparan materi Ayu Utami harus diakhiri oleh moderator Markus Situmorang, Lic.Th (Rohaniwan sekaligus dosen STFT Widya Sasana Malang). Gegara kuota waktu tidak memungkinkan Ayu Utami dalam melanjutkan materinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline