Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Mencari Kebajikan Hidup di Tengah Kebisingan

Diperbarui: 10 Mei 2021   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari kebajikan hidup di tengah kebisingan. Pixabay.com

Sayup-sayup rindu kembali menggelora, dikala aku sibuk mencari kebajiakn hidup. Perjalanan untuk menuju kebajikan atau keutamaan hidup penuh dengan liku-liku. Ibarat perjalanan di tengah pegunungan yang penuh dengan tantangan.

Aku rindu tiga tahun yang lalu. Di mana saat menjelang hari Raya Idul Fitri, setiap dini hari suara Azan selalu membangunkanku. Awalnya, aku tak nyaman. Akan tetapi, seiring dengan perjalanan waktu, aku sadar dan menjadikan suara Azan sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Adapun ketidaknyamanan aku adalah latar belakang aku yang berasal dari salah satu kampung paling udik di pedalaman pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Di sana aku tak pernah mendengarkan suara Azan setiap dini hari. Kecuali suara Pak RT yang selalu menyampaikan berita apapun dengan cara berteriak.


Hemat aku, kisah perjalanan terus berlanjut. Tahun ini, aku tidak pernah mendengarkan suara Azan setiap dini hari. Mungkin aku sering begadang ataupun ada alasan lain. Yang pasti perayaan Idul Fitri yang sebentar lagi sangat berbeda dari dua tahun sebelumnya.


Aku juga kehilangan momentum di tengah banjir kebisingan. Gegara bisingnya suara orang lain, aku lupa untuk kembali kepada Sang Pencipta dengan cara lebih dekat pada-Nya. Kebisingan orang lain ikut mengerus konsentrasiku untuk hening dan tenang dalam mencari kebajikan hidup.


Aku terjerumus ke dalam lingkaran apa kata orang. Akibatnya hidup aku terombang-ambing, bagaikan ombak di tengah samudera lautan ganas.


Aku sangat bersyukur, karena topik Samber THR Kompasiana hari ini mengajak semua orang untuk lebih mengenal dirinya. Mengenali diri berarti kita diajak untuk mencari sumber kehidupan kita. Dan tak lain adalah Sang Pencipta yang termanifestasi atau berwujud dalam diri sesama kita.


Aku tidak mau membicarakan Tuhan. Bila hidup akau masih disesaki dengan kebencian, diskriminasi, propaganda dan segala sesuatu yang mengasingkan sesamaku dari kemerdekaannya.


Aku dan Anda belum pernah melihat Tuhan. Namun Tuhan hadir dalam diri saudara kita. Aku tak perlu berkhayal untuk masuk surga atau neraka. Yang terpenting aku memperbaiki relasi aku dengan sesamaku, lingkunganku dan alam ciptaanku. Karena di sanalah karya Tuhan hadir dan menyapa serta memberi kita kehidupan berupa makanan, minuman, tempat berteduh serta oksigen yang tidak pernah berhenti dalam hidupku.


Aku membayangkan bila oksigen tak ada, apa yang akan terjadi dengan kehidupan manusia? Untuk itu, aku menjadikan momentum Suci ini untuk kembali merefleksikan sudah sejauh mana arah relasiku dengan sesama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline