Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Ayah Salahkah Aku Menulis Politik?

Diperbarui: 3 Mei 2021   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah salahkan aku menulis politik. Pixabay.com

Nak, perjalanan satu bangsa tak terlepas dari namanya politik! Bila tak ada politik, Ir. Soekarno tak perlu capai-capai mengkampanyekan hubungan diplomasi dengan semua bangsa, hanya untuk meraih dukungan internasional untuk mengakui kedaulatan NKRI.

Kamu tak salah kok untuk menulis politik. Salah bila ada orang yang berusaha untuk membunuh kreativitasmu! Bukankah zaman demokrasi segala sesuatu itu bebas diulas? Asalkan bertanggung jawab.

Setiap orang berhak tahu kondisi terkini seputar dunia politik. Entah politik yang sedang hangat dibicarakan di tanah air maupun mancanegara.

Politik itu berkaitan dengan negosiasi antar bangsa. Jalinan negosiasi ibarat seorang sales yang piawi dalam menawarkan jasanya kepada konsumen. Kerjasama antara seorang sales dan konsumen menghasilkan kesepakatan, yakni kedua pihak sama-sama menguntungkan dari segi apapun.

Bukankah setiap aspek kehidupan itu selalu bersentuhan dengan politik? Citra politik akan menjadi negatif, bila adanya pemikiran satiris dari segelintir orang. Apakah menulis politik mengurangi esensi dari media arus utama?

Saya rasa tidak! Karena politik itu berawal dari kehidupan nyata keseharain kita. Seirama filsafat berangkat dari masalah remeh -- temeh seputar kehidupan manusia yang penasaran akan kehidupan ini.

Saya melihat dan merasakan mereka yang aktif menulis politik adalah insan-insan yang mumpuni dalam bidangnya. Tujuan mereka menulis politik adalah berbagi pengetahuan. Bukan mencari musuh.

Selama saya berada di rumah Kompasiana, saya banyak belajar ilmu politik pragtis dari rekan-rekan Kompasianer. Ketajaman nalar mereka mampu membangkitkan rasa penasaran dalam diri saya untuk ikut nyemplung di dalamnya.

Mereka selalu resah, tatkala melihat bangsa dan negara semakin kacau. Keresahan mereka dituangkan dalam setiap artikel. Pemikiran mereka selalu berlandaskan pada human interest atau nilai-nilai kemanusiaan.

Filsuf  Plato pernah mengatakan bahwa setiap warga negara berhak tahu politik. Karena dari politik, kita berperan sebagai pengganggu sekaligus sebagai pengingat bagi setiap pemimpin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline