Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Memori Suara Kentongan Tujuh Tahun Lalu di Kota Malang

Diperbarui: 1 Mei 2021   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memori suara kentongan tujuh tahun lalu di kota Mlaang.Petisi.co

Bunyi kentongan bambu anak-anak jam 2.00 WIB dini hari adalah memori sekaligus pengetahuan tentang kehidupan beragama di kota Malang.


Tujuh tahun lalu saya menginjak bumi Aremania. Pola pikir saya yang kampungan masih kental dan sulit untuk dirubah. Di balik pohon Sengon, saya mendengar anak-anak memukul kentongan bambu.


Sebagai non Muslim, tentunya saya tidak tahu arti dan makna di balik bunyi kentongan itu. Esoknya saya bertanya ke teman-teman sekomunitas, "kok ada bunyi kentongan jam 2.00 dini hari ya? Mereka yang berasal dari pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi serentak menertawakan saya.


Saya pun tidak mengerti alasan di balik tertawaan mereka. Saya mencoba untuk mengamati pakaianku, apakah ada yang salah atau tidak? Namun saya tidka menemukan kejanggalan dari cara berpakaianku.


Selang 3 menit, seorang teman memberitahukan saya bahwa suara dari kentongan itu adalah tandanya bagi umat Muslim untuk mempersiapkan sahur.


Apa itu sahur? Dengan lugu dan polosnya, pertanyaan saya terlontak begitu saja. Mereka pun menjelaskan bahwa sahur adalah tradisi makan bagi umat Islam yang akan menjalani ibadah puasa.


Saya masih penasaran akan banyak hal. Namun demi kenyamanan, saya memilih untuk meredam bejibun pertanyaan polos yang masih tersimpan di dalam pikiran.


Siang harinya saya bertanya langsung di tukang kebun dan beberapa mbak yang bertugas masak di Seminari. Dari penjelasan mereka, kurang lebih seperti yang diberitahukan oleh teman yang lainnya.


Perlahan-lahan saya tahu arti sahur. Jadi, esok dan lusa bila saya mendengar suara kentongan sudah tidak menjadi hal asing lagi. Berawal dari hal sederhana itu, pola pikir saya semakin berkembangan.


Perkembangan pola pikir untuk melihat dunia yang lebih kompleks dari kampung halamanku. Ya, saya bisa maklumin. Karena kebiasaan di kampung halaman saya, setiap jam 2.00 WITA dini hari,  biasanya saya dengar suara ayam berkokoh. Itupun jika saya terbangun dari mimpi yang mengerikan.


Memori sahur membawa ilmu pengetahuan baru bagi saya untuk lebih menghargai mereka yang menjalani ibadah puasanya. Dari bumi Aaremania, saya diperkaya dengan banyak hal tentang kehidupan antar umat beragama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline