Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Silentium sebagai Jalan Toleransi Antar Tetangga Kontrakan

Diperbarui: 27 April 2021   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Silentium (keheningan) sebagai jalan toleransi antar tetangga kontrakan. Hadila.co.id

Aktivitas Ramadan diisi dengan jalan toleransi antar tetangga kontrakan. Sebagai bentuk toleransi, saya mengambil jalan silentium.

Silentium berasal dari bahasa Latin yang berarti keheningan. Jalan keheningan sebagai manifestasi dari saya untuk saudaraku yang sedang merayakan ibadah puasa.

Selain itu, silentium membawa ketenangan batin, dikala banyak hal yang berkeliaran dibenak pikiran. Untuk meredam  bejibun pikiran liar yang selalu datang dan pergi, sembari menorehkan kekhawatiran, saya terus mengasanya dalam terang iman.

Beriman kepada Sang Khalik mampu menentramkan jiwa dan pikiran. Gegara kondisi dan bangsa yang belum sepenuhnya aman, saya butuh keseimbangan. Jalan keseimbangan hanya diperoleh dalam koridor silentium.

Silentium di tengah saudara umat Muslim yang menjalani ibadah puasa, memang memberikan tantangan tersendiri bagi saya. Karena sebelumnya, segala sesuatu yang biasanya saya lakukan dengan blak-blakan, akhirnya bisa dipress dengan hati-hati.

Awalnya memang terasa sulit, namun jiwa kemanusiaan melemahkan ambisi dan ego yang selalu membuncah di ubun-ubun kepala.

Perjalanan menuju toleransi antar tetangga kontrakan yang beragam kepercayaan adalah tradisi setiap tahun. Di mana setiap dari kami merayakan Hari Raya Keagamaannya, jalan silentium selalu diterapkan oleh semua penghuni kontrakan.

Jalan silentium diyakini sebagai metode yang paling manjur dalam mengekang ego dan superego kami. Karena tolerasi itu indah.

Indahnya kehidupan hanya bisa diperoleh dengan jalan toleransi. Toleransi dimulai dari diri sendiri. Ketika diri sendiri sudah bisa diajak untuk berkompromi, maka dalam kehidupan bersama juga akan lebih mudah. Karena ego dan superego utama dalam diri sendiri sudah dikalahkan.

Mengalahkan diri sendiri itu tidak mudah. Namun, dalam kondisi apapun, toleransi selalu membawa kenyamanan dalam menunaikan ibadah keagamaan antar tetangga kontrakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline