Presiden Volodymyr Zelensky terus mendesak NATO untuk mempercepat keanggotan Ukraina. Tapi, konflik antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan sejak bulan Maret, sulit bagi Ukraina untuk diterima.
Baca juga : Rusia Naik Pitam, Gegara Gegara Bantuan Pasukan NATO ke Ukraina
Baca Juga : Tensi Tinggi Kembali Terjadi Antara Moskow dan Ukraina
30 anggota negara NATO selama ini memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan Ukraina. Bisa dilihat dari bantuan senjata dari negara Barat berupa rudal antik-tank Javelin AS. Rusia yang berbatasan dengan Ukkraina melihat bantuan senjata dari Barat sebagai ancaman yang sangat serius.
Berawal dari kecemasan Rusia akan kehadiran pasukan Barat di Ukraina, memicu sengketa di perbatasan semenanjung Timur Ukraina. Selain itu, Rusia menuduh pasukan Ukraina melakukan pembantain etnis Rusia yang ada di Donbass. Lebih tepatnya, Moskow mengaitkan sejarah Srebrenica atau pembantain 8.000 pria Muslim Boznia.
Tensi tinggi yang kini terjadi di perbatasan Rusia dan Ukraina, tepatnya di Kremia daerah Ukraina yang diambil alih oleh Rusia tahun 2014, makin memperkeruh suasana kedua negara bekas Uni Soviet ini.
Selain masalah di atas, bulan Februari lalu, Presiden Ukraina Zelensky menjatuhkan hukuman kepada Viktor Medvedchuck, seorang oligarki Ukraina dan konco terbaiknya presiden Putin. Bukan hanya itu, presiden Zelensky melarang pemberitaan tiga Televisi yang pro-Rusia.
Apa yang dilakukan oleh presiden Zelensky membangkitkan amarah presiden Putin. Sebagai balasannya, presiden Putin melakukan latihan militer di daerah perbatasan Rusia dan Ukraina. Presiden Putin juga menambah pasukan militernya di daerah konflik Ukraina Timur untuk membantu kelompok separatis pro Rusia.