Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Kelahiran Era Sensivitas dan Antisipasi Ideologi dari Pihak Luar

Diperbarui: 24 Maret 2021   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial sebagai ladang sensivitas dan sebagai sarana propaganda dari pihak luar. Foto dari Pixabay

Memasuki revolusi industri 4.0 bahkan tak lama lagi era industri 5.0, pengguna media makin sensitif setiap hari. Tren ini akan berkembang, dan bisa menjadi pola kehidupan baru bagi generasi milenial dan alpa.


Stimulus atau rangsangan ini disebabkan oleh sindrom-sindrom kekuasaan. Banyak orang yang ingin mengendalikan orang lain, tanpa memikirkan psikologis sesama.

Bisa jadi dorongan ini dari pihak luar yang memiliki kepentingan di negara kita.  Mereka menggunakan media sebagai jalan propaganda. Berkaca dari filsuf Thomas Hobbes,"Manusia adalah serigala bagi sesamanya (Homo Homini Lupus).

Manusia adalah serigala bagi sesamanya merupakan titik tolak dari perang cyber saat ini. Mungkin saat ini pihak luar sedang duduk dan hanya bermodalkan jari dan AI (Artificial Intelligence) mampu meretas dan menghipnotis pengguna media tanah air untuk saling menyalahkan, menyudutkan bahkan bisa dilakukan dengan tindakan frontal.

Penulis bukan seorang pakar teori konspirasi ataupun satiris, tapi kita juga perlu meragukan segala sesuatu. Karena media sosial berpotensi untuk menciptakan kekacauan (chaos) dalam kehidupan bersama.

Manuver ini sulit ditebak dengan common sense atau akal sehat. Karena media sosial telah mengambil akal sehat kita. Segala kepentingan pihak luar, baik yang sudah ada di tanah air ataupun saat ini sedang berjuang untuk meletakkan ideologinya di dalam bangsa kita akan menggunakan berbagai cara untuk mencapainya.

Bahkan mereka sudah tidak peduli lagi dengan etika dan moral. Sebagai penjelasan etika itu bersifat kompleks untuk menilai baik dan buruknya dalam kehidupan bersama. Sedangkan moral bersifat pribadi untuk menilai salah dan benar.

Lebih parahnya, pihak luar biasanya memanfaatkan kaum intelektual dan mereka yang berkepentingan di salah satu bidang untuk menciptakan kekacauan. Cara ini mudah dan efektif dalam mempermainkan psikologis pengguna media sosial tanah air.

Nah untuk mengantisipasi hal demikian, tak ada cara lain selain setiap pribadi harus memiliki jiwa critical thingking atau pikiran kritis dan bijak dalam menjaring informasi.

Banjir informasi di era disrupsi atau munculnya kompetitor baru dalam dunia pasar menyebabkan persaingan tidak sehat dan berakibatt pada pengguna media sosial. Selain era disrupsi, kita juga memasuki era post truth atau era kebohongan menyamar menjadi kebenaran mutlak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline