Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Korelasi Masyarakat Haumeni Berkunjung ke "Oe Leu" dari Sisi Justice, Peace, Integrity of Creation (JPIC)

Diperbarui: 14 September 2024   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tua adat dan leluhur di Oe Leu atau sumber air suci. Foto dari Mediaindonesia.com.

Budaya melambangkan jati diri seseorang. Mencintai alam ciptaan dari Sang Pemberi Kehidupan tak melulu soal manusia. Lebih dari itu adalah korelasi alam dan masyarakat Haumeni dalam merawat bumi.

Merawat bumi dengan cara apapun. Sejauh tidak membahayakan kehidupan manusia sendiri. Kehidupan masyarakat Haumeni masih kental dengan penghargaan kepada alam.

Salah satu penghargaan yang menyita perhatian penulis adalah tradisi penyembahan kepada "Oe Leu" (Sumber air suci) dari setiap suku yang ada di desa Haumeni.

Etimologi Oe Leu berasal dari bahasa dawan. Oe atau Oel  berarti air. Sedangkan Leu adalah sesuatu yang dikeramatkan. Jadi secara harfiah, Oe Leu berarti tempat sumber air yang dikeramatkan.

Setiap suku memiliki "Oe Leu" atau sumber air suku. Masyarakat Haumeni bila menemui kesulitan atau mengalami peristiwa alam, hal pertama yang mereka lakukan adalah mengadakan ritual penyembahan kepada para leluhur yang bersemayam di balik "Oe Leu."

Tradisi mengadakan ritual penyembahan  di 'Oe Leu" atau sumber air suci bukan merupakan penyembahan berhala. Karena antara tradisi dan kepercayaan masyarakat yang mayoritas beragama Katolik sudah diintegrasikan ke dalam tradisi Katolik.

Integrasi ritual ke tempat air suci atau "Oe Leu" sudah ada sejak Misionaris atau Imam-Imam Kongregasi  SVD dari Eropa. Tradisi mengunjungi "Oe Leu" atau sumber air suci biasanya tak menentu bagi setiap keluarga atau suku yang mendiami kampung Haumeni. Tergantung kebutuhan dari setiap suku dalam menyelesaikan persoalan yang ada.

Tradisi ini sangat menarik bagi penulis. Karena selama berada di "Oe Leu" atau sumber air suci, tua adat atau orang yang dipercayakan oleh setiap suku akan mengadakan dialog.

Dialog antara tua adat dan para leluhur yang bersemayam di balik sumber air suci. Umumnya setiap air suci masyarakat Haumeni dijaga atau dihuni oleh ular. Berupa ular Piton atau buaya.

Sesuai dengan mitos suku dawan Timor, buaya dipercayakan sebagai nenek moyang mereka. Tapi, di sini penulis tidak membahasnya. Karena masalahnya akan semakin melebar. Sekadar tambahan bagi pembaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline